25. Panglima

38 6 0
                                    

Pertarungan sudah dimulai.

Tanah pasir itu menjadi saksi bisu turunnya keringat Sina yang mulai kelelahan dengan pertarungan itu, sedangkan Satur terlihat mendominasi semuanya bahkan ia tidak terlihat kelelahan sama sekali. Nafas Sina tersengal-sengal ia sangat kelelahan saat ini, pedangnya menopang tubuhnya yang sudah tak kuat berdiri.

"Pertahananmu cukup bagus, tapi seranganmu tak cukup untuk mengalahkanku. Ya... walaupun aku akui kalau kau sudah bertambah kuat dari sebelumnya. Bahkan aku masih ingat saat kau menyerang prajuritnya Quetar, waaw.." Ucap Satur

Sina masih kelelahan, ia tak menggubris perkataan dari Satur. Ya, mungkin saat itu lawannya adalah prajurit Quetar tapi saat ini lawannya adalah Panglima Satur yang terkenal sebagai pembunuh berdarah dingin mana bisa dengan mudah Sina mengalahkannya.

"Mau kita akhiri?."

"Satu kali lagi. Jika ada salah satu dari kita yang terjatuh. Maka dialah yang kalah." Jawab Sina sembari bangkit perlahan-lahan

"Sudah cukup istirahatnya, aku harus mulai serius."

Satur yang mendengar itu pun langsung tersenyum kecil menarik sudut bibirnya, putri itu ternyata keras kepala juga. Sina terlihat sudah berdiri tegak lagi dengan pedang yang ia pegang dengan kedua tangannya mengarah kedepan siap menyambut serangan Satur berikutnya. Satur berlari kecil memulai ancang-ancang untuk mendekati Sina lalu menyerangnya.

"HAAAA.."

Satur kembali menyerang Sina dengan pedangnya secara bertubi-tubi. Dengan sigap Sina pun menghalau setiap serangan dari Satur, mungkin terlihat kewalahan karena Sina harus terus mundur untuk menghindari tebasan dari Satur ia pun agak kesulitan untuk menyerang balik. Laki-laki itu tidak memberinya kesempatan bagi Sina untuk menyerang.

"Tidak! Jika aku terus mundur aku tidak bisa menyerangnya balik."

Akhirnya kaki Sina pun menghentikan langkah mundurnya memberanikan diri untuk maju dan memperkuat kedua tangannya untuk menahan pedang dari Satur. Kini mereka berdua saling dorong-mendorong dengan kekuatan penuh mereka masing-masing.

Disini lain, Jatar terlihat gelisah dengan pertarungan antara Sina dan Satur itu. Ia bahkan menggigit kuku-kukunya karena terlalu takut dan gelisah. Zular yang melihat itu pun jadi ikut merasakan aura kegelisahan dalam diri Jatar.

"Putri Sina sudah berkembang dengan baik, penuh semangat, dan pantang menyerah." Ucap Metar

Sepertinya Sina mengerahkan semua kekuatannya hingga ia berhasil mendorong Satur mundur kebelakang walaupun hanya beberapa senti saja. Ia langsung memasang ekspresi senang karena setidaknya ia berhasil mendorong Satur dengan susah payah. Bahkan Satur pun langsung tersenyum kecil saat mendapati dirinya berhasil didorong oleh Sina, ini membuktikan bahwa sang putri makin bertambah kuat disetiap pertarungan ini.

"Ini kesempatan ku."

Sina memutar tubuhnya keudara mengganti posisi mereka, Satur langsung membulatkan matanya terkaget-kaget karena Sina bergerak secara tiba-tiba, dengan cepat ia pun langsung memutar tubuhnya kebelakang mengarah pada Sina yang sudah mendarat ketanah sebelumnya. Namun, sebelum Satur menoleh dengan sempurna ada sebuah serangan perpaduan antara tebasan pedang Sina dan kekuatan angin yang ia miliki membuatnya langsung tubuh Satur langsung terhempas menabrak beberapa prajurit yang berada dipinggir lapangan.

Bruuukk..

"Aaaaa...kakak, aku menjatuhkan panglima." Ucap Sina kegirangan sambil menunjuk kearah Satur yang masih terbaring diatas para prajuritnya.

"Oh bulanku kau hebat." Ucap Jatar penuh haru

Walaupun kalah, Satur sepertinya orang yang paling bahagia diantara mereka. Ia bahkan tersenyum lebar dengan mata yang menyiratkan rasa bangga terhadap Sina.

Moondom : Panglima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang