Ia tidak menyangka bahwa Satur adalah orang dibalik ini semua. Bagaimana ia bisa keluar dari jeruji besi bawah tanah.
"Kau sekarang aman tuan putri."
"Tapi kenapa kau bisa?."
"Intinya aku tidak ingin kau menikahi lelaki yang tak kau cintai. Dan aku sudah berjanji pada raja untuk melindungimu. Makanya, tekad melarikan diri begitu saja mengalir deras dalam diriku. Walaupun dengan bantuan seorang wanita ular."
"Wanita ular?."
"A- lupakan."
Sina langsung memeluk Satur dengan erat, ia melepaskan semua deritanya pada sang panglima, mengalirkan kepedihan yang ia rasakan selama ini pada Satur. Air mata berliannya mengucur begitu saja bak air terjun deras yang meluap-luap. Sina begitu terluka, mungkin ia sedang berpikir bahwa jika tidak ada Satur hidupnya akan lebih menyakitkan lagi saat ini. Ia mungkin tidak akan bisa tersenyum lagi. Satur yang gelagapan kebingungan entah harus membalas pelukan dari Sina atau hanya tetap diam saja seperti tembok yang tak tau apa-apa. Serba salah, itulah yang ia rasakan.
"Sudah sudah.. kau itu cengeng sekali ya." Ucap Satur menggoda hingga membentuk ukiran senyum tipis dari Sina.
Sina melepaskan pelukannya dan mulai menghapus sedikit demi sedikit sisa air mata yang terbendung sekitar area mata dan pipi.
"Kita akan kemana? bagaimana dengan kedua saudara ku?aku harus kembali!. Aku takut mereka kenapa-kenapa."
"Mereka akan menyusul, tapi sebelum itu kita harus pergi dari tempat ini. Aku akan memberitahu mu dimana kita akan menunggu Jatar dan lainnya." Sina hanya mengangguk kecil saja dan mengikuti apa yang dikatakan oleh Satur.
"Pergilah kuda, tugasmu sudah selesai." Perintah Satur.
Kuda itu langsung menjulangkan kedua sayapnya dan pergi menuju langit.
"Ayo."
Sina mengangguk kecil dan mengikuti Satur yang berjalan didepannya.
Mereka telah menapaki hutan cukup lama, terlihat dari wajah Sina yang kelelahan. Tapi ia harus bertahan, ia harus menganggap bahwa perjalanan ini sebagai ujiannya untuk menjadi manusia yang lebih hebat lagi.
"Kita akan menemui saudara-saudara ku dimana?." Ucap Sina mencoba mencairkan suasana yang dingin dan sepi.
"Kau ingin istirahat?."
"Tidak. Aku ingin sekali cepat-cepat bertemu saudara ku."
"Mereka masih dipenjara. Tapi sebentar lagi mereka akan bebas. Itulah janji Jatar. Dan janji ku pada saudara-saudara mu adalah untuk membebaskan mu dari Venus dan Gena dengan cepat, disini tidak aman."
Sina mengukir senyuman untuk Satur, untuk pertama kalinya Sina merasa nyaman didekat lelaki itu. Ia merasa telah salah menilai Satur,ia terlihat seperti orang yang dingin namun baik dan hangat ternyata.
Ssrk...Ssrkk..
Terdengar suara seseorang yang berjalan diatas dedaunan kering seperti tengah memperhatikan mangsanya, suara itu makin dekat saja dengan mereka berdua. Yaitu,Sina dan Satur.
"Panglima Satur?."
"Sstt.."
Satur menggiring Sina agar tetap dibelakang nya. Sina pun hanya bisa menurut, sedangkan Satur sudah menunjukkan pedangnya bersiap untuk menghunus lawan. Tatapan nya begitu tajam bak elang saat menganalisis keadaan,udara pun menjadi dingin sedingin telapak tangan Sina. Hanya terdengar suara angin sepoi yang membawa dedaunan kering berjatuhan ketanah. Hingga sesuatu muncul dari balik pohon dengan tiba-tiba, Satur mulai melakukan gerakan siaga untuk menyerang lawan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Moondom : Panglima
RomanceGenre : romance, action, military. Semuanya telah berubah setelah insiden malam itu terjadi. Senyum manis dan amarah yang selalu kau pancarkan tidak terlihat pada hari itu, cahaya bulan tak lagi bersinar terang seperti dulu. kekosongan hati dan kekh...