02. Panglima

97 8 0
                                    


" AKAN KU BALAS KAU PARA PENJAHAT DARI SUNDOM!."

Tatapan matanya berubah menjadi tajam,ia pun menyeka air matanya dan bangkit dari keterpurukan. Dalam pikirannya ia sudah merencanakan sesuatu.

...

Genderang perang kembali di bunyikan, para prajurit langit berbaris membentuk kesatuan pasukan, mereka kembali akan berperang dipadang pasir bumi yang tak terjamah manusia. Seorang putri berada dibarisan terdepan menggunakan baju prajurit Moondom, ia menyamar sebagai prajurit laki-laki agar tidak diketahui oleh kepala perang dan panglima. Namun, ketajaman mata Panglima Vetur tak bisa dikelabui oleh putri itu sendiri. Terlihat dari mata nya yang menyipit tajam saat melihat sang putri berbaris disamping nya.

"Jika Raja Hatar dan Pangeran Jatar mengetahui ini kau akan terkena hukuman Putri Sina." Ucap Panglima.

"A..a.." putri yang ternyata bernama Sina itu hanya bisa ber-a ria saja saat penyamarannya sudah terbongkar oleh Vetur.

"Tapi tenang aku tidak akan memberitahunya. Aku ingin lihat kemampuanmu. Apakah kau sudah sehebat diriku?."

"Dasar guru yang sombong!."

Sang putri terlihat kesal kepada panglima yang tengah tersenyum sinis kepadanya di atas kuda. Memang dia itu adalah guru pedang nya putri sedari ia kecil. Jadi panglima berani mengatakan apapun kepadanya, mengkritiknya pun tak masalah. Bahkan putri sudah menganggap Panglima Vetur sebagai pamannya, jadi dia tak terlalu marah. Mereka berdua kembali fokus menatap musuh didepan, menunggu aba-aba dan perintah dari Jatar putra kedua dari kerajaan Moondom, adiknya Raja Hatar dan kakak dari Putri Sina. Pangeran itu memiliki wajah berkarismatik dan tampan, matanya tajam setajam elang. Rambutnya se-leher menggunakan pelindung kepala, baju jirah besi menambah kegagahannya sebagai seorang pangeran. Ia berada di barisan terdepan namun lumayan jauh dari sang putri,jika tidak mungkin saja Sina sudah disuruh pulang kembali ke tenda.

"SERAAANG." perintah Pangeran Jatar. Teriakannya menggema keras keseluruh telinga semua pasukannya diikuti terompet penanda dimulainya perang.

Semua berteriak menyebutkan kerajaan dan kemuliaan sang raja para pemimpin mereka,pedang saling beradu ,berdecit melukai pendengar telinga. Teriakan kesakitan dan keberanian bercampur jadi satu. Banyak orang sakti yang berperang di atas tanah menggunakan kekuatan mereka. Petir menyambar dimana-mana. Pasir bercampur dengan udara, suasananya begitu mencekam, tapi tak menurunkan keberanian dari seorang gadis bercadar hitam itu. Ia bagai seekor singa betina yang hebat dalam memburu mangsa, baru saja maju sang putri sudah bisa mengalahkan lima prajurit musuh dengan kurun waktu yang singkat. Hal itu membuat Panglima Vetur yang menatapnya langsung mengembangkan senyum yang tak ia sadari.

"Murid ku sudah berkembang."

Dihadapan sang putri, terdapat prajurit pemberani menunggangi kuda bersama pedang dan kekuatan petir yang mengalir dari tangan nya, prajurit itu tengah menantang sang putri. Lawan kali ini membuat sang putri sedikit merasa tidak percaya diri, karena ia terlihat hebat dan berbeda diantara yang lain, mungkinkah ia prajurit elit?. Jujur saja kekuatannya yang sekarang belum lah sebagus itu untuk melawan prajurit elit. Terlihat petir akan disambar kan padanya, buru-buru sang putri menghindar dengan cepat. Sina langsung bangkit dan berlari kearah kanan sembari mengeluarkan kekuatan angin dari tangannya membuat sebuah gerakan tiba-tiba hingga berhasil menjatuhkan lawan dari kudanya itu. Namun, hal itu bukan pertanda kemenangan dari Sina, musuhnya kembali bangkit sambil membenarkan cadar nya tersebut dan memutar kepalanya kekiri untuk membetulkan tulang leher yang terbentur tadi saat ia terjatuh. Satu gerakan pedangnya menyakiti tangan kiri sang putri, namun Putri Sina tak selemah itu. Dia membalas serangan musuhnya tanpa henti walaupun setiap tebasannya pedangnya tak mempengaruhi prajurit itu. Sang putri hampir kewalahan, akhirnya ia harus mengerahkan seluruh kekuatannya untuk tetap bertahan, sedangkan prajurit itu terlihat tenang dan santai akan serangkaian serangan yang diberikan oleh putri padanya. Adu pedang pun terjadi antara mereka dalam beberapa saat, hingga cadar dari lelaki itu terbuka dan terlihat wajahnya.

"Dia adalah orang yang telah menyerang kakakku hingga terluka parah."

Satu serangan kemarahan pun ia luapkan pada lelaki tersebut, namun hal itu terlalu ceroboh baginya. Dengan mudah musuhnya mengunci gerakan Sina lalu memaksanya untuk membuka cadar dan penutup kepalanya saat itu juga. Ia mencoba melindungi dirinya dan menjauh dari lelaki itu sambil mempertahankan cadarnya, tapi hal itu sangat sulit bagi Sina. Dia sangat kuat dan kasar, usaha melepaskan diri rasanya mustahil saat ini karena pelukan dari prajurit itu sangat kuat bahkan jika ia terus memberontak prajurit itu makin mengencangkan pelukannya hingga Sina kesulitan untuk bernafas. Tak menunggu waktu yang lama Pria itu berhasil membuka penutup kepala dan cadar Sina. Rambut panjang terurai berterbangan oleh angin dan mengenai wajah pria itu. Putri ini sangat cantik, semakin cantik saat matanya terlihat berbinar cerah terkena cahaya matahari. Bahkan dalam beberapa saat pria itupun terdiam terpukau dengan kecantikan nya, tapi ia kembali mencoba untuk fokus dan biasa saja. Tanpa melewati kesempatan emas, dengan cepat pria itu menaiki kudanya bersama dengan sang putri dengan susah payah. Ia membawa nya pergi keluar dari medan perang. Sang putri terlihat ketakutan, wajahnya menjadi pucat karena kesulitan bernafas, ia tak tau lagi harus bagaimana, tubuhnya kelelahan karena terus meronta-ronta. Usaha terakhirnya, ia mencoba melukai lelaki itu dengan kuku nya yang tajam. Kukunya pun ia tancap kan pada tangan kanan lelaki itu dengan kuat, sehingga ia hampir saja kehilangan keseimbangan saat menaiki kuda.

"Aw."

Lelaki itu pun membalas nya dengan sedikit sentruman listrik bertegangan rendah dari jarinya, hal itu sedikit membuat sang putri menjadi kehabisan tenaga untuk memberontak dan melukai tangan pria itu lagi.

"Aaa."

"Putri." Vetur yang melihat Sina telah dibawa seseorang langsung mempercepat laju kudanya menghampiri pria itu, seketika Vetur menjadi seorang yang sangat cepat dalam membunuh. Panglima Vetur menambah kecepatan dan mengerahkan kekuatannya untuk membunuh orang yang menghalangi jalannya menuju pada tuan putri, ia tidak main-main dengan waktu untuk menyelamatkan Sina. Namun, gara-gara hal itu gerakannya menjadi gegabah tak beraturan dan tanpa ia sadari Vetur jadi terkepung oleh para prajurit Sundom.

"Sial!!." Umpat Panglima.

"Tolong akuuu." Teriak sang putri yang mulai melemah.

"PAMAN VETUR!!. KAK JATAAAAR!." Ucap Sina setengah berteriak diakhir penghabisan tenaganya.

Mendengar teriakkan adiknya, Jatar menjadi sangat gelisah dan melihat ke sekeliling medan perang. Ia melihat adiknya di bawa seseorang yang tak lain adalah seorang prajurit dari kerajaan musuh.

"PUTRI SINAA!!." Dengan cepat bergegas Jatar mengejar kuda yang membawa adiknya, namun dengan sigap para prajurit musuh berhasil mengepung Jatar dari depan. Terpaksa ia harus melawan dahulu pasukan yang menghalanginya itu. Baik Jatar ataupun Panglima Vetur mereka tengah dikepung habis-habisan oleh prajurit Sundom yang kuat, keadaan ini membuat mereka berdua kesulitan untuk mengejar Sina. Bahkan Jatar pun tak bisa memberi instruksi pada prajuritnya untuk mengejar dan membawa kembali putri.

Sedangkan, disudut paling jauh dari medan perang seorang lelaki berkuda tengah memperhatikan sang putri yang tengah di bawa pergi oleh prajurit jahat itu di balik pohon yang besar, tatapannya tak teralihkan saat memandang wajah Sina yang tak sadarkan diri. Ia tersenyum kecil, seperti sedang memikirkan sesuatu tentang wanita yang sudah memikat hati dan pikirannya.

"Cantik sekali."

...

Semoga kalian suka sama ceritanya

Next..

Tinggalkan jejak,
Vote, comment,dan follow akun ini agar bisa mendapatkan notifikasi nyaa...

I luh ya, Nabila❤️

Moondom : Panglima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang