29. Panglima

20 5 0
                                    

Maaf banget guys baru upload lagi, soalnya beberapa waktu yang lalu I'm so busy and gak sempet buat luangin waktu upload cerita nya. I'm so sorry:'(...and thanks a lot for reading this chapter.

I love you✨

...

"Venus." Ucap Sina lirih.

Venus tersenyum sinis menarik ujung bibirnya sembari menatap rendah kedua perempuan itu. Dari raut wajahnya sudah sangat jelas sekali ia terlihat puas dengan keadaan Sina yang sudah berada diujung tanduk.

"Tertangkap kau pengantinku."

Dengan sigap Sina langsung bangkit dan memeluk erat pinggang Jena yang terlihat membatu dengan suasana menakutkan yang datang tiba-tiba itu, Sang putri dengan cepat menyadari bahwa mereka sedang dalam posisi bahaya itupun langsung melayangkan tubuhnya membawa Jena menjauh dari Venus.

"Menjauhlah, aku akan memancing Venus pergi dari sini. Selagi ada kesempatan, tolong lindungi Taiga dan pergi ke markas secepatnya."

"Tapi..."

"Tidak ada waktu lagi. Maafkan aku-" ucap Sina lirih sembari tersenyum lebar.

Tanpa aba-aba, Sina pun langsung melempar Jena kebalik batu besar supaya bisa bersembunyi dari Venus sang villain. Tanpa menoleh kebelakang Sina langsung melayang menghampiri Venus yang sudah siap menerima serangan besar dari Sina.

"Terima ini." Sina menarik pedang dari sarungnya yang menghasilkan tebasan angin yang kencang hingga semua pohon yang ada disekitar Sina bergoyang bagai diguncang badai. Namun, kekuatan sebesar itu belum bisa menjatuhkan pria tinggi itu dengan mudah. Venus terlihat tersenyum sinis seperti meremehkan serangan sia-sia dari Sina, pria itu tidak bergeming sama sekali. Tubuhnya sekuat batu karang ditengah laut.

"Kemarahanmu tidak akan bisa menggetarkan diriku." Ucap Venus dingin.

"Berisik!." Gertak Sina setengah berteriak.

"Ahahaha." Venus tertawa terbahak-bahak hingga bergema keseluruhan hutan. Padahal tidak ada hal lucu yang harus ditertawakan, ia malah terlihat seperti penjahat sejati.

Venus langsung menghampiri Sina dengan sekejap mata dan berada dekat dengan wajah Sina saat ini, hal itu membuat Sina terkejut dan dengan cepat menjauh hinggap keatas pohon. Lalu dengan kecepatan sedang, Sina mengambil kesempatan terbang menjauh dari tempat Jena dan Taiga. Ia harus berlari untuk menghemat kekuatanya. Karena menerbangkan diri di area yang bergravitasi seperti bumi ini akan sangat menguras tenaganya. Disisi lain, Venus yang terlalu menginginkan gadis cantik itupun langsung mengikutinya sambil tertawa sinis.

"Larilah terus sampai ke ujung dunia. Sampai kau sadar bahwa itu adalah usaha yang sia-sia."

"Berisik!." Ucap Sina yang terlihat terengah-engah akibat berlari terlalu jauh. Sambil berlari, Sina terus melancarkan serangannya dari jauh menggunakan kekuatan anginnya. Venus sendiri yang dihujami berbagai serangan dari Sina dengan mudahnya menghindar dengan santai. Hal itu tentu saja membuat Sina merasa jengkel. Ia pun memotong beberapa pohon besar untuk memblokade jalan supaya Venus kesulitan saat mengejarnya. Tapi, lagi-lagi usaha Sina sia-sia saja. Dengan mudah Venus memotong-motong pohon besar itu jadi bagian-bagian kecil.

"Ayolah, aku tidak ingin menyakiti gadisku." ujar Venus tertawa terbahak-bahak

"Menjauhlah dasar keparat!." Sina kembali mengayunkan pedangnya dan menghasilkan tebasan angin yang berbahaya. Venus yang sudah memprediksi serangan itu langsung menyilangkan kedua tangannya tepat didepan wajahnya.

"Tidak mempan." Ucap Venus menyeringai jahat.

'Satur aku sudah tidak tahan lagi.' ucap Sina dalam hati. Ia terlihat sudah hampir mencapai batasnya, air mata pun sudah hampir menutupi seluruh matanya hingga penglihatan Sina menjadi buram.

Moondom : Panglima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang