08. Panglima

70 8 1
                                    

Seorang lelaki penuh luka lebam dan baju yang kotor akibat darah yang mengucur diseluruh tubuhnya tengah tertunduk dihadapan Raja Hatar dalam keadaan yang terpojokkan. Satur terus saja menggenggam lehernya karena sesekali ia selalu memberontak.

"Siapa kau? Kenapa kau ingin menyakiti adikku?."

"AKU MELAKUKAN INI DEMI TUAN KU!!."

"PELAN KAN SUARAMU." teriak Jatar.

"Siapa yang menyuruh mu untuk melakukan hal seperti ini?, katakan. KATAKAN!!!." Tanya Hatar yang sudah terbawa emosi. Sedangkan itu,Sina yang duduk disamping kakaknya  tertunduk memikirkan hal yang begitu cepat tadi. Ia menjadi canggung saat menatap Satur.

"Dari pada aku mengatakan nya padamu, lebih baik aku MATI!." Ucap lelaki yang berusia sekitar 40 tahun ke atas.

tawanan itu berjungkir balik melepaskan diri dari genggaman Satur dan menghunuskan pisau yang ada disaku baju miliknya tepat ke arah perutnya,semacam bunuh diri. Orang itu langsung membulatkan mata tanda sekarat dengan darah yang mengalir melewati mulutnya. Semua orang yang menyaksikan sangat terkejut dengan hal tersebut,putri Sina pun langsung memendamkan wajahnya pada pelukan Raja Hatar. Kembali Raja Hatar menatap Satur yang bermuka datar tanpa ekspresi itu bahkan saat melihat pria itu bunuh diri ia tak memasang ekspresi iba sedikitpun.

"Satur."

"Iya, Hatar?."

"Ha...Hatar?." Tanya perdana menteri Ne pelan dengan raut wajah terkejut karena Satur tidak memanggil Hatar dengan sebutan raja.

"Terimakasih sudah menyelamatkan adikku. "

"Sudah menjadi tugas."

Hatar berdiri dari singgasananya menuruni anak tangga.

"Aku meminta agar semua prajurit lebih waspada. Perketat keamanan di gerbang istana dan penjara bawah tanah. Lalu, aku meminta khusus kepadamu agar kau menjaga Sina 24 jam sampai keadaan kembali terkendali dan dalang dibalik semua ini bisa tertangkap, jika sebelum aku menangkap siapa orang dibalik semua ini kau harus tetap berada didekat adikku."

"Aaa..harus aku?. Aku punya tugas menjaga di depan pintu istana kan?. Aku harus mengarahkan para pasukan ku."

"Biarkan kepala prajurit Metar yang menangani itu dengan prajurit lainnya. Aku mempercayaimu sepenuhnya untuk menjaga Sina agar tetap aman, lagipula kau adalah orang yang layak untuk menjaga bulanku. Apakah kau tak ingin menuruti perintah rajamu ini?"

"Baiklah!!" Ucap Satur mengalah pasrah dengan keadaan.

"Merepotkan sekali." Bisik Satur pada dirinya sendiri.

"Aku mendengarnya." Jawab Jatar yang ikut berbisik.

"Eh."

Sina masih saja merasa dalam kecanggungan. Peristiwa tadi membuat wajahnya menjadi memerah saat menatap Satur. Apalagi saat kakaknya memerintahkan Satur untuk bersama Sina selama 24 jam. Hal itu hanya menambah masalah dan kecanggungan antara mereka.

...

Bagai kucing dan anjing, mereka seperti rival yang tak bisa dipisahkan lagi karena kejadian tadi. Terpaksa Satur harus mengikutinya dan begitu juga Sina yang merasa gelisah karena terus di ikuti oleh Satur yang tak pernah menolehkan pandangannya sedikitpun pada Sina. Hingga didepan kamar sang putri, bukannya menunggu dan berjaga didepan pintu ia malah ikut masuk kedalamnya dengan ekspresi yang datar dengan otak yang polos. 

"HEEIII!!!." Teriak Sina.

"Ada apa?."

"Kenapa kau mengikuti ku hingga ke kamar. Kau ini penjagaku atau penguntitku ?."

Moondom : Panglima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang