24. Panglima

38 8 2
                                    

Venus dan dua prajuritnya berhasil mengisolasi pemukiman penduduk itu dengan penuh kekejaman. Mereka bertiga sudah cukup untuk menghancurkan pemukiman itu dengan sekali serangan. Kedua prajuritnya mengumpulkan semua orang dan menyuruh mereka untuk tiarap ditanah, beberapa diantara mereka bahkan ada yang babak belur habis akibat dari siksaan kedua prajurit tak berperasaan yang dibawa oleh Venus. Sambil menatap tajam, Venus berjalan diatas punggung para penduduk tak berdosa itu satu persatu dengan ekspresi yang dipenuhi dengan rasa kepuasan dan kebahagiaan. Suara ketakutan, tangisan, dan teriakan kesakitan penuh keputusasaan bercampur jadi satu. Venus menyiksa para warga tersebut tanpa pandang bulu.

"Terimakasih sudah menghiburku. Aku sangat menikmati penderitaan dan jeritan keputusasaan kalian." Ucap Venus setengah berteriak

" Jadi, selanjutnya hmm... Aku ingin bertanya pada kalian wahai rakyat jelata."

"Kemarilah." Perintah Venus pada kedua prajuritnya.

Dengan sigap kedua prajurit itu langsung mendatangi Venus sambil membuka sebuah kertas berukuran sedang. Mereka berdua memperlihatkan sebuah lukisan pada penduduk yang tak berdaya itu.Terlihat sebuah lukisan Putri Sina dari salah satu kertas tersebut dan lukisan Satur dikertas yang lain.

"Perhatikan baik-baik." Ucap Venus sambil menaiki kuda terbang pegasusnya.

"Apakah ada diantara kalian yang melihat dua orang ini?. Jawablah jangan takut!." Lanjut Venus dengan nada bak seorang raja iblis

Para penduduk yang tiarap itu saling memandang satu sama lain sambil ketakutan. Mereka terlihat gemetaran untuk menjawab pertanyaan dari Venus.

"CEPAAAT!!."

"Sa...saya tau." Ucap seseorang

"Oh, berdirilah dan beritahukan padaku."

Laki-laki paruh baya yang pernah mengobrol dengan Jatar tempo hari itu langsung bangkit dari tiarapnya dan berdiri dengan kaki yang gemetaran. Ia terlihat berkeringat dingin dan sesekali meneguk salivanya penuh ketakutan.

"Beberapa hari yang lalu, mereka datang kesini dan membuat keributan karena salah satu dari mereka mencuri sebuah pakaian dari salah satu toko disini."

"Sebutkan ciri-ciri nya."

"Wa.. wajahnya sama persis yang ada dikertas itu. Seingat saya, gadis yang ada digambar itu memakai pakaian dengan lambang bulan sabit dibelakangnya dan prianya membawa pedang bermata bulan."

"Dia benar." Gumam Venus

"Pergi kearah mana mereka?."

"Ke..Saya..saya tidak tau pasti. Karena, saat para warga mengejar mereka, kami kehilangan jejak. Tapi, bisa diprediksi bahwa mereka sepertinya melintasi hutan belantara di arah barat sana. Jadi kami memutuskan untuk tidak mengejar mereka, karena hutan itu sangat berbahaya." Ucap pria itu

"Baiklah, kembali tiarap!." Perintah Venus

"ADA YANG KABUR!."  Teriak salah satu prajurit Venus tiba-tiba

Dengan tatapan tajam elang yang dimiliki oleh Venus, ia berhasil menemukan siapa yang sudah berhasil kabur dengan cepat, mata Venus memang jeli. Sambil duduk diatas kudanya, Venus mengarahkan kekuatan petir ditangannya tepat mengenai tubuh wanita paruh baya itu yang ternyata adalah seorang penjual nasi bakar yang pernah didatangi oleh Sina dan Satur. Wanita itu terlihat kesakitan dengan tubuh yang kejang-kejang karena aliran petir yang menyambar menjalar keseluruh tubuhnya.

"AAAAAAAAA." Wanita itu berteriak sejadi-jadinya membuat semua orang yang ada disana langsung merinding dan makin takut akan kejahatan yang telah Venus lakukan.

Moondom : Panglima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang