30. Panglima

14 3 0
                                    

"Taiga?." Tanya Sina kebingungan.

...

Sina pun langsung mendongak menatap siapa yang telah menghalangi jalan mereka. Sontak saja Sina langsung membelalakkan kedua matanya sempurna, dihadapannya ada dua prajurit Venus yang terlihat kuat.

"Serahkan dirimu baik-baik yang mulia." Ucap salah satu prajurit.

"A-..."

Tanpa jeda, Taiga memotong perkataan Sina dan berlari kearah kanan menjauh dari dua prajurit kuat itu. Taiga sepertinya sudah mewarisi tekad kuat ksatria sedari dulu, ia terlihat seperti ksatria Moondom yang tak ingin sang putri terluka sedikitpun.

"Taiga..." Ujar Sina penuh haru.

Sina yang tak ingin menyia-nyiakan usaha dari teman-temannya itu langsung beranjak dan sedikit berjinjit untuk menyerang kedua prajurit menyusahkan itu. Nafasnya tersengal-sengal dan meringis kesakitan meremas pakaiannya. Sina berdiri memaksakan dirinya untuk menyerang kedua prajurit yang tengah terbang mengejar mereka.

"Ck..pedang ku tertinggal." Gumam Sina

"Taiga tunggu sebentar ya." Ucap Sina sembari mengusap-usap kepala Taiga dengan lembut.

Sina pun kembali menatap kedua prajurit yang tengah mengejar mereka dengan tajam. Ia berdiri perlahan-lahan agar keseimbangannya tidak buyar. Setidaknya tenaganya masih tersisa untuk menyerang kedua prajurit itu walaupun kemungkinan menang sangat tipis. Kini sang putri tengah memegang erat belatinya dan langsung melompat kearah kedua prajurit yang terlihat menunggangi kuda terbang. Sembari mengerahkan seluruh kekuatannya, Sina memutar dirinya lalu menyayat dada dari kedua prajurit itu dengan sekejap mata. Melihat kedua prajurit itu kesakitan dan hampir terjatuh dari kudanya, Sina langsung menyeringai  puas dan sekali lagi ia mengeluarkan kekuatan angin dari tangannya dan mendorong mereka berdua dari kejauhan dengan angin buatan yang lumayan kuat. Tanpa membuang waktu ia pun langsung kembali  duduk diatas punggung Taiga sambil menoleh kebelakang untuk memastikan bahwa mereka sudah aman berdua dari kejaran kedua prajurit itu.

"Taiga apa kau baik-baik saja?." Tanya Sina

"Grrrauuung.." Raung Taiga menandakan ia baik-baik saja dan sangat berenergi

"Terimakasih."

Sina kembali memeluk Taiga dengan erat, hatinya kembali merasa sedih dengan pengorbanan yang telah Jena lakukan untuknya ditambah Taiga yang terlihat tegar membantu Sina untuk kabur dan pergi meninggalkan teman baiknya Jena demi tekad ksatrianya yang kuat.

Langit mulai mendung menandakan hujan akan datang, langkah kaki Taiga yang kencang menyapu terbang daun-daun yang berguguran dijalan. Isak tangis Sina terdengar ditahan untuk berpura-pura tegar, angin dingin pun yang merasa iba langsung menyentuh pipi putih Sina yang lembut. Air langit pun turun satu-persatu hingga bergerombol deras turun kebumi membasahi tubuh sina dan menyatu dengan air mata gadis malang itu. Hatinya sehancur butiran debu, kacau berisik bagai guntur dilangit. Tapi ia harus tetap tegar dan kuat, ia harus bisa lari dari kejaran raja jahat itu. Sina menggenggam erat punggung taiga memendamkan wajahnya untuk sedikit membungkam Isak tangisnya yang menyatu dengan suara hujan dan guntur.

"Taiga, kita pergi ke arah sana saja." Ucap Sina lirih sembari menuju ke arah barat Padang ilalang yang tumbuh tinggi berlawanan arah dengan tempat persembunyian ia, panglima, dan para prajuritnya. Sepertinya Sina tak ingin Venus mengetahui tempat persembunyiannya dan juga tak ingin rencana Satur hancur hanya karena Sina ingin selamat dari kejaran Venus. Satu-satunya cara dalam pikirannya sekarang adalah menjauhkan raja itu dari tempat itu dan sebisa mungkin untuk selamat dan kembali.

"Satur maafkan aku." Bisik Sina yang mulai menarik nafas panjang dan bersiap untuk rencana kedepannya.

...

Moondom : Panglima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang