03. Panglima

94 8 0
                                    

"Cantik sekali."

..

Di tenda,malam yang tak begitu baik. Jatar terlihat sangat marah kepada kepala perang dan panglima nya yang tidak bisa berkerja secara maksimal, hingga adiknya pun pergi ke medan tempur dan akhirnya di tawan.

"PERSETAN!." Teriak Jatar bernada kemarahan.

"Siagakan para prajurit,aku harus pergi mengambil adikku." Lanjutnya

"Baik pangeran." Ucap kepala perang bernama Metar.

"Semua yang terjadi ini adalah salah..."

"Paman aku sudah tau, ini bukanlah salah mu. Akulah yang tidak bisa menjaganya, bahkan saat ia membutuhkan bantuanku aku tidak bisa datang menolongnya." Ucap Jatar.

Vetur menghampiri Jatar sambil menyatukan kedua telapak tangannya memohon "Biarkan aku ikut."

"Tidak paman!. Kau juga harus melindungi Raja Hatar bukan?. Biarkan ini jadi tugasku."

"Tapi ini juga terjadi karena kesalahanku yang terlalu percaya diri dan ceroboh."

"Paman!, biar aku yang pergi. Aku yakin adikku masih belum jauh. Jika benar dia akan ditawan oleh kerajaan Sundom, dia pasti akan dibawa ke langit, dan itu adalah perjalanan yang cukup lama, harus ada yang memimpin pasukan disini. Sebelum Sina ditahan, aku pasti sudah membawanya kembali pulang."

"Baiklah!. Bawalah dia kembali dengan selamat."

"Itu pasti."

"Mohon izin pangeran." Ucap salah satu prajurit yang datang sambil membungkuk di depan pangeran.

Jatar menghentikan langkahnya sambil berdecak kesal "Ada apa?!."

"Ada pesan untuk pangeran Jatar."

Sina membuka kedua matanya perlahan, tubuhnya sangat lemas akibat setruman dari prajurit payah itu bahkan kepalanya terasa berat. Disisi lain pria itu terlihat fokus menunggangi kuda, ia tak menatap perempuan didepannya itu sama sekali padahal sang putri terlihat banyak tingkah. Tapi intuisi dan analisis nya begitu tajam dalam memperhatikan keadaan disekitarnya, ia jadi tak terlalu peduli dengan gangguan kecil dari Sina. Mereka melewati hutan lebat yang gelap, hanya sinar bulan saja yang menerangi jalan mereka.

" Kau akan ku habisi." Ucap Putri Sina sembari mengangkat ujung bibirnya.

Tak ada tanggapan dari pria itu, ia hanya fokus memandang ke depan dengan tatapan tajam.

"Kita sudah sampai tuan putri."

"Hah?!."

Ia memberhentikan kudanya tepat didepan pohon besar yang tinggi menjulang. Pria itu menurunkan sang putri perlahan, disisi lain Sina sendiri mencoba untuk melawan dan melarikan diri sambil menendangi dada pria itu dengan kakinya. Hingga terpaksa pria itu harus sedikit kasar kepada nya.

"Diam!." Ucap pria itu setengah berteriak

"Lepaskan aku!."

"Aku akan melepaskan mu, tapi pada saat waktunya."

Pria itu makin mengeraskan cengkraman tangannya pada sang putri, sampai Sina harus meringis kesakitan di buatnya. Pria itu sangat kasar padanya.

"Kau ini.. Jahat..Aku membencimu, lepaskan aku !!."

Saat mereka tengah sibuk dengan usahanya masing-masing, tiba-tiba saja mereka mendapatkan sebuah serangan mendadak berbentuk aliran petir yang  mengarah pada lelaki itu yang membuat keduanya terjatuh ketanah, lelaki itu memendamkan tubuh mereka agar bisa terlindungi. Suara tapal kuda terdengar jelas mendekat. Perlahan orang itu keluar dari kegelapan lalu tersorot oleh cahaya bulan yang memampangkan wajahnya dengan jelas. Ternyata itu adalah pangeran Jatar. Ia terlihat sangat marah, senjata sudah ia tampilkan sebagai ikon untuk menghabisi penculik tak beruntung itu.

Moondom : Panglima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang