22. Panglima

43 7 2
                                    

Sorot sinar matahari menyentuh wajah cantik dari Sina yang masih tertidur pulas di atas ranjang yang hanya cukup untuk satu orang saja. Ditambah suara bising diluar, seperti gesekan dari pedang dan teriakan orang-orang yang tengah latihan bela diri membuatnya langsung terbangun perlahan-lahan. Sina membuka matanya dan mulai bangkit duduk diatas ranjang. Ia masih ada di tenda medis, ia mulai melihat kesemua arah perlahan namun disana tidak ada siapa-siapa kecuali dirinya. Bahkan Satur pun tidak berada di ranjangnya.

"Kemana dia?." Gumam Sina

Sambil menggisik matanya, Sina beranjak dari kasurnya berjalan keluar tenda. Ia melihat semua orang tengah melakukan pekerjaannya masing-masing, Sina melihat kesemua arah tetapi tidak ditemukannya Satur sama sekali. Bahkan Kakek Sura pun tida ada disana. Sina berjalan ke salah satu prajurit perempuan yang sedang mengasah pedangnya sendirian.

"Permisi." Ucap Sina pelan

"A-selamat pagi tuan putri." Jawab prajurit perempuan itu sambil berdiri tegak saat melihat Sina berada didepannya.

"Ahaha, tidak usah formal, santai saja." Ucap Sina malu-malu

Prajurit perempuan itu langsung membalasnya dengan senyum malu-malu juga.

"Apa kau mengetahui dimana Panglima berada?." Tanya Sina

"A-" prajurit itu terlihat gagu saat menatap mata Sina yang berbinar

"Aku disini." Ujar seseorang dari belakang, suaranya terdengar berat dan tidak asing ditelinga Sina. Mendengar itu, Sina langsung membalikkan badannya 180° kearah suara tersebut.

"Selamat pagi." Sapa Satur

"Satur, kau kemana saja tadi?."

"Ikutlah denganku, ada seseorang yang telah menunggumu di dekat danau angsa." Ucap Satur

"Siapa?."

"Ikut saja ayo, cerewet sekali." Ucap Satur yang langsung menarik tangan Sina, alhasil Sina langsung tertarik mengikuti langkah Satur yang cepat.

"MAAF TUAN PUTRI, NAMAKU JENA. SALAM KENAL." Ucap prajurit perempuan tadi sambil membungkukkan badannya. Ia benar-benar terlihat gugup.

"Salam kenal Jena, senang mengetahui namamu." Ucap Sina sambil melambaikan tangannya.

"Terimakasih." Ucap Jena girang

Satur yang tidak sabaran langsung menarik Sina menuju sebuah lorong yang sepi dan agak gelap.

"Ih sabar, memangnya siapa yang ingin menemuiku?."

Satur tidak menggubris pertanyaan Sina dan terus berjalan kedepan dengan cepat.

terlihat didepan mereka ada sebuah danau yang luas dan berkilau karena tersorot oleh sinar matahari yang memantulkan cahayanya di air. Di pinggir sungai terlihat tiga pria yang sedang duduk sambil bertarung melempar batu kerikil kedanau.
Perlahan mereka mendekat pada tiga pria yang tengah asyik duduk itu, bersamaan dengan itu hati Sina menjadi berdebar-debar karena ia merasa tidak asing dengan ketiga pria itu. Ia merasakan keberadaan saudaranya.

"Kalian." Panggil Sina lirih

Mereka bertiga menoleh kearah Sina dan Satur secara bersamaan. Sontak saja Sina langsung menutup mulutnya kaget, matanya berkaca-kaca menyiratkan kebahagiaan yang tak terbendung. Ya, didepannya sekarang ada tiga orang yang selalu Sina rindukan selama ini tidak lain dan tidak bukan mereka adalah Pangeran Jatar, Pangeran Zular, dan Metar.

Dengan cepat, Sina menghampiri Jatar dan memeluknya dengan erat sampai Jatar harus menahan dirinya agar tidak terjatuh.

"Kakak."

Moondom : Panglima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang