Semester 1 — Mahasiwa baru
"Woi Jun! Lo ngumpetin sendal gue ya?!"
Demian, yang lebih familiar disapa Dejun—kependekan dari namanya, Demian Junaedi, melirik sebal pada temannya—Dery yang tiba-tiba menuduh dirinya tanpa sebab. Padahal dia sedari tadi hanya duduk di teras, istirahat karena lelah sehabis mengangkut barang-barangnya. Maklum, baru pindah ke kosan (meski lebih seperti rumah kontrakan) yang ditempatinya saat ini.
"Gue udah banyak kerjaan! Ngapain nambah-nambahin kerjaan pake ngumpetin sendal lo!"
"Terus ke mana ini sendal gue masa jalan sendiri?!"
"Cari pake mata jangan pake mulut!"
Di tengah keributan mereka berdua, muncul seorang pemuda lain yang menatap canggung keduanya dengan sebuah box besar dipegang di depan dada. Mata Dery menatap orang itu hingga turun ke bawah dan pupilnya membesar begitu melihat sandal yang dicarinya dipakai oleh orang itu.
Lalu dengan dramatis Dery menutup mulutnya yang menganga kaget dengan tangan kiri sementara tangan kanannya menunjuk sandalnya yang orang itu pakai. Orang itu refleks menatap ke bawah dan baru menyadari, dia seperti maling yang tertangkap basah.
"Gue bisa jelasin!" kata orang itu buru-buru.
Dejun yang tidak terima karena tadi dituduh Dery, bangun dari duduknya. "Tuh! Bukan gue kan?!" sungutnya pada Dery.
Dery mendesis karena Dejun berteriak di dekat telinganya.
"Ini nggak seperti yang kalian pikirin sumpah! Biar gue jelasin!" Si terduga pencuri sandal kembali bersuara membela diri.
Setelahnya, diketahui bahwa orang itu bernama Laskar, penghuni kosan lainnya yang juga baru pindah. Tadi ia terburu-buru mengejar mobil yang membawa barang pindahannya sebab ternyata ada barang yang tertinggal. Karena sandal Dery adalah yang pertama dia lihat begitu sampai di teras, tanpa pikir panjang dia pakai sandal itu dan berlari mengejar mobil yang untungnya belum jauh.
Dan ternyata, Laskar anak Ilmu Komunikasi seperti Dery, sama-sama mahasiswa baru juga.
***
"Kenapa sih, ospek gak boleh bawa kendaraan? Gak tau apa kayak begini malah bikin kendaraan umum penumpangnya membludak. Tuh, liat, halte penuh sama maba semua. Ojol juga gak dapet-dapet driver karena rame, nyusahin banget gue pengen cepet-cepet balik pengen rebahan!" Gerutu Dery, sementara Dejun dan Laskar di sebelahnya tidak terlalu peduli karena perhatian mereka lebih tersita pada ponsel di tangan Dejun, entah sedang menonton apa.
Alih-alih kedua temannya, yang menyahuti Dery justru orang lain yang berdiri di sisi sebelah Dery yang lainnya. "Soalnya maba lagi ospek tuh keciri banget, jadi mungkin dipikir lebih rawan kalau dibolehin bawa kendaraan sendiri. Takut ada oknum yang ngambil kesempatan mungkin? Maba kan masih polos-polos."
Dery menengok dan mengamati orang di sebelahnya, sampai orang itu juga menolehkan kepalanya. "Kenapa?" tanya orang itu.
"Lo maba juga?"
"Iya, liat aja kostum gue juga sama kayak lo."
Dery mengulurkan tangannya. "Gue Dery, lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
King of Hearts
General FictionBagi Renjani Nayanika, perasaan, keresahan dan ketakutannya tidak seberapa penting untuk orang lain. Apapun itu, cukup hanya ia saja yang tahu. Sebab dia paham, pada akhirnya, yang tinggal hanya dirinya sendiri. Dia paham, orang lain bisa pergi--den...