24. She Needs Help

20 2 0
                                    

Naya benar-benar tidak punya tujuan ketika dia keluar dari rumah. Yang dia inginkan hanya pergi, menjauh sejauh-jauhnya. Masih dengan air mata yang berderai, Naya berjalan dengan tergesa sampai penjaga rumahnya mengernyit heran ketika dia melewati laki-laki paruh baya itu begitu saja. Keluar pagar dan terus berjalan tanpa arah melainkan hanya mengikuti ke mana kakinya melangkah.

Gadis itu terus berjalan hingga tanpa sadar sudah keluar komplek perumahannya. Dia membelokkan diri begitu melihat mini market di pinggir jalan, masuk ke dalamnya setelah menghapus jejak basah yang ada di wajahnya dengan kasar. Rambut panjangnya dia bawa ke depan, paling tidak bisa menutupi sedikit wajahnya yang pasti sudah berantakan.

Kakinya langsung melangkah ke arah lemari pendingin, diambilnya sebotol air mineral dan berjalan ke kasir. Begitu di kasir, matanya terus memerhatikan deretan kotak-kotak produk tembakau yang dipajang di sana. Lantas ketika si penjaga kasir menanyakan apakah ada tambahan lagi, gadis itu menunjuk satu kotak warna putih dengan logo merah di tengahnya.

Naya keluar, lalu duduk di kursi yang ada di depan mini market. Dibukanya botol air mineral yang ia beli dan meneguk isinya hingga tersisa setengah. Gadis itu kemudian meletakkan botol itu di meja, di samping sekotak rokok yang juga dibelinya tadi. Naya menggigiti jarinya gusar, matanya terus menatap lekat kotak rokok itu seolah-olah akan lenyap jika ia berpaling. Dia memejamkan matanya, menarik napas berat dan membuangnya, lantas mengambil kotak rokok tersebut dan membuka segelnya. Sebatang rokok dia keluarkan dari sana.

Naya menggigit bibir, kakinya menghentak-hentak lantai dengan gerakan cepat, baru menyadari dia tidak punya pemantik untuk membakar rokoknya. Namun sedetik kemudian matanya melihat tukang parkir yang baru selesai memarkirkan mobil pengunjung mini market. Gadis itu pun berjalan mendekati tukang parkir tersebut membawa sebatang rokok di tangannya.

"Mas, punya korek nggak?" tanya Naya begitu sampai di dekat si tukang parkir.

Tukang parkir itu menoleh. "Ada mba, sebentar." Lantas tangannya merogoh saku celananya kanan dan kiri, sebuah pemantik disodorkan pada Naya setelahnya.

Naya membakar rokoknya, lalu mengucapkan terima kasih setelah mengembalikan pemantik kepada si tukang parkir dan kembali ke tempatnya duduk tadi. Dibawanya sebatang rokok itu ke mulut, lalu hanya menggunakan instingnya, dia mengisap rokok itu. Yang hanya menjadikan Naya terbatuk-batuk sesaat setelah nikotin itu dia isap. Panas menjalari tenggorokannya, rasanya seperti ada yang terbakar. Mulutnya pahit. Naya buru-buru meneguk air di botol sampai habis tak bersisa.

Dia mengusap wajahnya kasar, lalu tangannya ia topangkan di meja dan dia menutup wajahnya. Air mata lagi-lagi mengalir tanpa persetujuannya kala ia menutup mata. Gadis itu kembali terisak pelan. Tidak peduli ketika orang yang ingin masuk atau keluar mini market melirik ke arahnya dengan bingung. Ada banyak sekali hal di kepalanya sampai-sampai rasanya ingin meledak. Dan jika dengan begitu dia bisa tenang, maka dia tidak apa meledak dan hancur menjadi kepingan. Langit mendung seolah mendukung perasaannya yang kalut.

Setelah terdiam beberapa saat, Naya mengambil ponselnya, dia membuka phone book dan berhenti menggulirkan layar ketika membaca nama seseorang. Gadis itu lagi-lagi menggigit bibirnya dan menghela napas, berkali-kali jarinya ingin menekan ikon telepon namun urung karena ragu. Sampai dia memutuskan untuk mengikuti kata hatinya, diteleponnya orang itu dan nada sambung terdengar.

Tak kunjung ada jawaban, sampai beberapa kali dia menghubungi kembali dan masih tetap tidak terjawab. Gadis itu pun menjauhkan ponsel dari telinga, punggungnya ia sandarkan ke kursi dan matanya memejam. Rasanya semesta seperti mendukungnya untuk menghilang saja, luruh bersama rintik hujan yang mulai turun mebasahi jalan dan menciptakan petrichor. Di detik ini, Naya benar-benar ingin melebur.

King of HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang