Epilog

15 1 0
                                    

Naya memasukkan seluruh alat tulisnya ke dalam tas setelah dosen menutup perkuliahan. Ini adalah kelas terakhirnya. Habis ini dia mau langsung pulang karena nggak ada kegiatan lagi di kampus.

"Nanti malem movie marathon yuk, di rumah Retha? Mumpung besok kelasnya siang jadi nyantai." Ajak Abby kepada kedua temannya begitu mereka keluar dari lift dan sedang berjalan keluar lobby gedung.

Retha menengokkan kepalanya ke samping di mana Abby berada, "Mohon maaf beb ini kok tuan rumahnya nggak dikasih briefing dulu ya?"

Abby hanya membalasnya dengan cengiran.

"Yah, gue nggak bisa, udah ada janji.." kata Naya.

"Gue tebak pasti mau pacaran," celetuk Retha.

"Hehe gitu deh.."

"Susah deh ya kalau dari belum pacaran aja udah bucin, pas pacaran udah kaya suami istri bareng mulu." Abby menimpali.

Retha mendelik pada Abby. "Says someone yang nggak kalah bucinnya."

Mendengar Retha balas mengejek Abby, Naya yang merasa dibela menjulurkan lidahnya pada Abby, mukanya juga super nyebelin, minta dicakar banget.

Tak memedulikan Naya, Abby lebih memilih bertanya pada Retha. "Gue tetep mau ke rumah lo dong Tha, boleh nggak?"

"Pake minta izin biasanya juga langsung dateng aja."

Dan Abby lagi-lagi memamerkan cengirannya.

***

Dery menyemprotkan perfume ke bagian dalam pergelangan tangannya serta ke samping kiri dan kanan lehernya. Setelah itu dia merapikan lagi rambutnya sampai penampilannya dia rasa sudah perfect. Malam ini Dery pakai crewneck hitam dan celana panjang grenadier, ketika dia ingin membuka pintu kamar, ia kembali memutar tubuhnya untuk mengambil kunci motor yang diletakkan di nakas. Bersamaan dengan itu matanya menangkap bucket hat yang senada dengan atasan yang dia pakai, Dery pun membawa bucket hat itu ikut bersamanya. 

Di ruang tamu, dia melihat Jaya dan Dejun sedang main ps, Laskar yang baru keluar dari kamarnya ikut bergabung duduk di sofa. Dery berjalan mendekat ke mereka lalu merusuh dengan menutupi layar televisi menggunakan tubuhnya, jelas langsung dihadiahi teriakan Jaya dan Dejun sementara Laskar cuma ketawa-tawa.

"Awas anjing!" Jaya mengumpat.

"Tau anjing! Lo mau pergi kan? Ngapa dah pake ngerusuh dulu?!" Umpat Dejun tak mau kalah.

Dery malah semakin meledek dengan memasang pose aneh di depan televisi berikut dengan mukanya yang minta ditimpuk.

Nah, benar aja kan. Detik berikutnya bantal melayang hasil lemparan dari Dejun, untungnya Dery gesit menghindar jadi nggak sampai mengenainya. Puas memancing emosi temannya, Dery pun dengan langkah ringan berjalan keluar rumah. Di parkiran dia bertemu dengan Juan dan Mark yang baru sampai.

"Lah kok bareng lo berdua?" Dery bertanya.

"Motornya Juan masuk bengkel, terus kebetulan gue yang masih di luar jadi ya udah sekalian aja Juan sama gue pulangnya." Jawab Mark.

Dery mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti.

"Ya udah gue pergi dulu ya, mau pacaran," kata Dery berikut dengan cengiran bodohnya.

Malas meladeni makhluk Tuhan paling bucin yang sedang kasmaran, Juan dan Mark pun tidak menanggapi dan malah langsung melangkah masuk ke dalam rumah.

***

Dery sudah di depan pagar kosan Naya, sedang menunggu gadis itu keluar. Begitu matanya menangkap sosok Naya, senyumnya otomatis terbit. Saat tersadar kalau Naya pakai outfit yang senada dengannya—sama-sama pakai atasan hitam, senyumannya kian lebar lagi. Jodoh ini mah emang, batinnya.

Naya yang sudah sampai di depan Dery dan melihat laki-laki itu tersenyum seperti orang bodoh pun mengerutkan keningnya. "Kenapa sih?"

"Baju kamu sama kayak aku padahal nggak janjian, apa coba kalau bukan jodoh?"

Naya tertawa pelan. "Makin ke sini kenapa makin dangdut aja deh?"

Dery pun cuma nyengir, sebelum mengangsurkan helm untuk dipakai Naya.

Setelah Naya memakai helm-nya dengan benar dan naik ke boncengan motor, Dery pun melajukan motornya meninggalkan area kosan Naya.

Dery mengendarai motornya membelah jalan protokol Ibu kota yang dihiasi dengan pemandangan gedung-gedung bertingkat di kanan dan kirinya.

Malam ini, Naya men-checklist salah satu date wishlist-nya, yaitu night ride sambil mengobrol apa saja seraya menikmati pemandangan city lights malam hari di Jakarta. Naya sudah pernah bilang kan, kalau Jakarta di malam hari itu kelihatan cantik dengan city lights-nya.

Semuanya kini terasa benar. Naya bersama dengan Dery, laki-laki yang dengan kesungguhannya berhasil meruntuhkan dinding yang Naya buat sendiri. Atas semua hal yang telah dilakukan Dery untuk dirinya, maka Naya tidak akan menyangkal lagi kalau dia sangat menyayangi laki-laki itu. Laki-laki yang membuktikan ucapannya—to go through the pain with her. Yang juga mematahkan pemikiran Naya untuk tidak akan pernah membiarkan dirinya jatuh terlalu dalam lagi dengan seseorang.

She used to think that the idea of falling in love is not a happy thing, she used to think that love is an uncertainty and she didn't have enough courage to be in it. Hence, she chose to protect herself from any possibilities of getting hurt.

Now that Naya feels like the happiest even after she took the possibility to get hurt by loving someone, she knows that falling in love is not a bad thing as long as it's with him. She glads that it's him, the guy named Anderpati Deryvan Abirama.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

lots of love,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

lots of love,

rosebushchain
(September 11th, 2021)

King of HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang