Sudah sekitar sepuluh menit Dery bolak balik menengok Instagram story Naya. Berkali-kali juga jarinya sudah mengetik untuk membalas story itu, ujung-ujungnya ya dihapus lagi. Ketik-hapus ketik-hapus jadi kegiatannya yang lebih menarik dari merhatiin sunset di langit Lombok yang padahal lagi cantik-cantiknya.
Dery sedari tadi sedang duduk di kursi santai kolam renang di resort tempatnya menginap, niatnya mau nikmatin suasana sambil nenangin pikirannya yang ruwet banget akhir-akhir ini. Tapi bukannya tenang, sekarang dia malah kelimpungan sendiri setelah lihat update-an Naya yang lagi sama cowok. Dery sensi banget, dia mau ngomel dan ngerengek ke Naya karena gadis itu pergi sama cowok lain, tapi dia ingat dia bukan siapa-siapanya Naya. Dia paham dia lagi jealous, sialnya dia juga lebih dari paham kalau teman gak ada hak buat jealous. Dan dia benci banget karenanya.
"Kenapa kamu?"
Suara berat khas lelaki paruh baya memecah fokus Dery, dia menengokkan kepala ke arah suara dan menemukan Rama—papanya sedang berjalan ke arahnya lalu menempati kursi santai di sebelahnya.
Dery menggeleng, gak berniat cerita.
"Mukamu tuh kusut banget, nggak seneng ya liburan sama Papa? Tapi Papa ngerti sih, anak muda kayak kamu pasti lebih seneng liburan bareng temen, kamu kenapa cepet banget ya gedenya? Perasaan dulu masih ngerengek mau jadi NASA. Sekarang masih mau nggak? Eh, tapi kamu kuliah komunikasi emang masih bisa jadi NASA?"
"Itu cuma cita-cita anak kecil, sekarang mah gak usah kerja di NASA yang penting bergelimang harta udah seneng."
Rama tertawa. "Senengnya kamu tuh bergelimang harta?"
"Realistis Pa, walaupun kata orang money can't buy happiness tapi kan mending merana tapi sambil mandi duit daripada udah merana gak punya duit lagi. Ogah banget, sulitnya dobel," kata Dery kelewat santai.
"Ya bener sih kamu, as long as it doesn't blind you ya oke aja. Inget, cobaan terbesar laki-laki itu harta, tahta, wanita."
"Tenang Pa, buat sekarang tiga-tiganya Dery gak punya. Jadi aman." Gak tahu kalau nanti, mungkin jadi harta, tahta, Naya. Ha? Mikir apa sih. Dery menggeleng karena memikirkan hal yang tidak jelas.
Rama kembali tertawa.
"Ngomong-ngomong kakak kamu udah di jalan ke sini. Kamu ada tempat yang pengen dikunjungin gak selagi di sini? Nanti kita ke sana kalau kakakmu udah sampai." Agenda liburan kali ini memang agenda bertiga antara Rama dan kedua anaknya. Sudah lama mereka nggak quality time bersama karena sibuk masing-masing. Jadi Rama khusus mengosongkan semua jadwalnya mumpung anak laki-lakinya yang paling sibuk libur kuliah, dan anak perempuannya juga bersedia meluangkan waktu meski menyusul karena ada pekerjaan di Bali sebelumnya.
"Dery ikut aja, kakak mungkin yang punya wishlist."
"Dasar anak cowok gak mau ribet."
***
Usai menjemput Selena di bandara dan setelahnya makan malam bersama di luar, Dery kini sudah di kamar, rebahan sambil main ponsel. Masih dengan agendanya merhatiin Instagram story Naya meski mau dia lihatin berapa lama juga gak akan berubah, tetap sama dari beberapa jam lalu gadis itu mengunggahnya.
Entah dapat keberanian darimana, tahu-tahu Dery sudah membalas Instagram story gadis itu, padahal tadi dia masih galau karena nggak yakin mau balas. Sadar akan tindakan impulsifnya, Dery buru-buru mematikan layar ponselnya dan melempar benda itu ke sebelah kiri. Sekarang dia merasa kayak anak SMP yang baru kirim pesan ke gebetan, nggak keren banget. Dery merasa payah sendiri. Tapi nggak bohong, hatinya ketar-ketir.
KAMU SEDANG MEMBACA
King of Hearts
Ficción GeneralBagi Renjani Nayanika, perasaan, keresahan dan ketakutannya tidak seberapa penting untuk orang lain. Apapun itu, cukup hanya ia saja yang tahu. Sebab dia paham, pada akhirnya, yang tinggal hanya dirinya sendiri. Dia paham, orang lain bisa pergi--den...