34. What If

16 1 0
                                    

"Anything?"

"Hm, kadang? Misalnya, ketika aku mau mulai sesuatu yang belum pernah kulakuin sebelumnya, i kinda doubt myself, will i be success on this? Am i capable enough to start? Ya.. seperti itu lah. But i think it's normal tho. Most people does, right?"

"Wasn't those kind of feelings bothers you?"

"Yes, tapi nggak ku jadiin alasan buat aku akhirnya jadi gak berani mencoba. Like i have said, it's kind of normal. Takut dan ragu itu wajar. Artinya kita mau yang terbaik dan nggak menganggap enteng. Tapi jangan sampe rasa takut itu malah stopping us. Kita nggak akan pernah tau hasilnya kalau kita nggak mencoba. Takut gagal gak apa-apa, dengan begitu kita akan lebih hati-hati. Asal jangan terlalu menilai rendah diri sendiri, karena sadar atau enggak, kadang mindset kita sendiri yang bikin kita nggak maju-maju. Untuk apapun itu, kita harus berani take the risk."

"Kalau udah coba dan ternyata gagal?"

"Ya nggak apa-apa. But don't blame all on yourself even if you fail. Mungkin memang belum waktunya, mungkin bukan itu yang kamu butuhkan, mungkin juga dengan gagal itu adalah cara Tuhan menyelamatkan kamu."

"Kalau case-nya melibatkan orang lain—i mean kalau kamu beraniin diri untuk mencoba dan ternyata gagal, bukan cuma kamu doang yang ngerasain dampaknya tapi ada orang lain juga, gimana?"

"Harusnya sih ya sejak awal sesuatu yang berhubungan sama orang lain, masing-masing pihak udah aware sama konsekuensi apapun yang akan muncul. Jadi ya sewaktu gagal pun gak akan menyalahkan pihak lainnya. Karena case-nya udah bukan tentang diri sendiri doang, right?"

"Tetap aja kan, the damage if someday we fail is obviously hurt."

"Kamu sebetulnya takut gagal dalam hal apa sih? Biar ku tebak, ada hubungannya sama masalah hati, ya?"

"Please tell me kamu bukan cenayang?"

Malik tertawa lebar. "Jadi aku bener lagi, ya?"

"Gitu deh. There is someone yang baik banget sama aku. Selama ini kita baik-baik aja as a friend, but then he said he likes me in a romantic way. Dan aku malah jadi takut nantinya nyakitin dia karena aku nggak bisa memperlakukan dia sebaik dia memperlakukan aku. Aku takut nggak bisa mencintai dia sebesar dia mencintai aku. Karena untuk sekarang, mencintai diriku sendiri aja aku nggak becus, aku belum mampu nerima diriku sendiri yang banyak kurangnya ini. Aku nggak yakin aku orang yang tepat buat dia. Karena atas semua yang dia lakuin, dia tuh....layak dapetin yang terbaik.."

"So.. this is like kamu nggak bisa sama dia karena merasa dia terlalu baik buat kamu?"

"Cliche banget, ya? Tapi memang itu yang aku rasain, literally. Aku tuh mikir, apa sih yang dia lihat dari aku sampe bisa suka? Padahal dia juga tau how miserable i am."

"Kamu mau tau jawabannya?"

Naya tidak menjawab, namun dari cara dia menatap Malik menjelaskan kalau dia ingin tahu jawabannya.

"It's because he loves you. Dia lihat kamu dari sisi terbaik kamu, dia lihat keistimewaan kamu yang bahkan kamu sendiri gak bisa lihat. I know you might think it's silly, but that's how love works on people. Sesuatu yang orang lain nggak bisa lihat dan bahkan diri kamu sendiri pun nggak bisa, itu bisa dilihat sama seseorang yang cinta sama kamu. Because love is pure."

"Is that so?"

"Menurut aku iya. Lagian kamu nggak sadar ya, kamu tuh menarik? No wonder that boy head over heels with you."

King of HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang