Dery buru-buru memarkirkan mobilnya di carport rumah mamanya. BMW hitam milik Selena sudah lebih dulu terparkir di sana. Dia melangkah cepat ke dalam rumah, pintu depan tidak dikunci jadi ia langsung melenggang masuk menuju kamar mamanya. Setibanya ia di kamar yang bernuansa serba putih itu, Dery melihat mamanya yang terbaring di kasur dengan Selena duduk di pinggir. Selena baru habis memberi minum kepada mamanya.
Dery bergegas menghampiri, Selena pun menggeser duduknya, memberi tempat untuk Dery agar bisa melihat lebih dekat. Mamanya tersenyum melihat Dery yang datang.
"Kok gak bilang Dery sih, lagi sakit?"
"Orang sakit biasa aja kok, nih kakak kamu aja lebay dateng-dateng."
"Kok lebay sih! Mama nih emang kalau sakit bukannya buru-buru diobatin, malah sengaja gak dirasa-rasa, kalau Selena gak ke sini gimana coba?" Selena sedikit sewot.
"Mama udah minum obat kok dari sebelum kamu dateng, cuma emang masih lemes aja."
"Kalau sakit bilang Dery dong, Ma.. Kan Dery yang tinggalnya masih deket sama Mama, masa Dery malah dikasih tau Kak Sel?"
"Orang Mama gak apa-apa kok."
Baik Dery maupun Selena sama-sama menghela napasnya. Mereka tau mamanya ini memang strong woman, apa yang tidak bisa dilakukan olehnya sendiri? Tapi sebagai anak, tetap saja Dery dan Selena cemas juga. Apalagi semenjak orang tua mereka berpisah mamanya itu hanya tinggal sendiri saja di rumah ini—sejak Dery kuliah dan ngekos. Bersama ART sih, tapi ya tetap saja.
Mamanya tidur setelah minum obat. Dery dan Selena keluar agar mamanya bisa beristirahat dengan nyaman. Mereka berjalan beriringan sampai ke ruang tamu lalu duduk di sofa. Dery mengetik sesuatu di ponsel sebelum kembali berdiri meski baru duduk beberapa saat. Laki-laki itu melangkah ke teras rumah seraya mendekatkan ponsel ke telinganya—menelepon seseorang.
"Halo, gimana Der?" Suara perempuan di seberang sana terdengar memburu.
"Nyokap gue gak apa-apa kok, lagi tidur sekarang, abis minum obat tadi."
"Bagus deh kalau gitu.. Lo gimana?"
"Gue kenapa?"
"Lo gak apa-apa?"
"Gak apa-apa kok, sorry ya kalau tadi bikin lo ikut panik."
"Don't be. Kalau ada apa-apa let me know ya, Der."
"I will."
Setelahnya, dari dalam rumah terdengar suara Selena memanggil Dery, laki-laki itu kemudian mengakhiri teleponnya dan melangkah ke dalam. Selena masih duduk di ruang tamu. Melihat Dery, kakaknya itu membuat gestur agar Dery duduk di sebelahnya.
"Lo nginep sini?" tanya Selena setelah Dery mendaratkan bokongnya di sofa.
"Iya, lo sampe kapan di sini?"
"Kuliah lo? Gue rencananya besok juga udah pulang, tapi gak jadi gue nemenin Mama dulu aja beberapa hari."
"Gampang tipsen ntar, absen gue juga masih banyak belum kepake."
"Jangan keseringan lo! Kuliah yang bener pokoknya, urusan Mama kan lagi ada gue sekarang."
"Iya elah enggak, besok doang."
"Ya udah. Gue mau ke dapur dulu bikinin sop buat Mama."
Setelah ditinggal sendiri, Dery merebahkan dirinya ke sandaran sofa, sampai hampir telentang karena kakinya tidak menumpu dengan benar—terus menggeser. Matanya memejam.
***
Naya dan kedua temannya baru saja selesai kelas, sambil berjalan menuju lift mereka mengobrol. Abby terlihat sibuk sendiri dengan ponsel di tangannya. Sampai dia tertinggal sedikit di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
King of Hearts
Ficción GeneralBagi Renjani Nayanika, perasaan, keresahan dan ketakutannya tidak seberapa penting untuk orang lain. Apapun itu, cukup hanya ia saja yang tahu. Sebab dia paham, pada akhirnya, yang tinggal hanya dirinya sendiri. Dia paham, orang lain bisa pergi--den...