Naya sedang membaca-baca jurnal online sebagai referensi untuk tugas paper-nya. Kakinya diselonjorkan dengan laptop diletakkan di paha, dia juga menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur. Dahinya mengernyit ketika membaca paragraf yang kurang dimengertinya.
Ponsel yang tergeletak di sebelah kirinya berdering. Naya menaruh laptop yang dipangkunya ke sebelah kanan, kemudian dia menyilangkan kakinya hingga kini duduk bersila dan mengangkat telepon, dari Dery.
"Halo, kenapa Der?"
"Gue di depan kosan lo nih."
"Hah? Ngapain malem-malem?"
"Pinjem gunting dong Nay, sama cutter, pisau juga, semuanya deh yang tajem-tajem."
"Lo ke kosan gue malem-malem cuma mau minjem gituan doang? Serius gak sih ini?"
"Serius ini gue beneran di depan, liat aja sendiri kalau gak percaya. Bawa yang gue bilang tadi jangan lupa."
"Gak ngerti ah,"
"Gue gak minta lo ngerti Naya, gue cuma mau minjem gunting, cutter, pisau. Terus kasih ke gue sekarang ke depan."
"Ih gak jelas banget sih lo," meskipun mendumal, Naya beranjak juga dari kasur dan mencari barang yang disebutkan Dery tadi.
"Cutter gak ada, gak punya. Gunting sama pisau mau yang mana?""Bawa semuanya ya, kalau punya dua juga bawa dua-duanya."
"Mau buat apaan sih, Der? Lo gak mau berbuat kriminal kan?"
"Enggak. Udah buru kasih ke gue di depan kalau udah ketemu."
"Iya, iya, ini gue ke depan."
Ketika Naya keluar dari kamar kosnya dan sampai di pekarangan, benar saja dia melihat Dery di depan pagar. Ketika melihat Naya laki-laki itu tersenyum, senyum sampai ke mata yang selalu ditunjukkannya pada Naya.
Naya berjalan keluar pagar dan berhenti di depan Dery. Laki-laki itu mengulurkan telapak tangannya, "Mana?"
Naya memberikan barang-barang permintaan Dery yang sebelumnya sudah dia masukkan ke dalam paper bag. Dery menerima paper bag tersebut dan mengintip isinya. Laki-laki itu mengangguk puas.
"Udah? Lo gangguin gue lagi ngerjain tugas cuma buat minjem gituan doang tau gak?"
Dery terkekeh. "Ini gak jadi gue pinjem, gue sita aja. Kalau lo sedih, jangan ngelampiasinnya dengan nyakitin diri lo sendiri lagi. Lo tinggal telepon gue, gue bakalan langsung samperin lo gak pake ngerem. Kalau si komo lewat gue tetep terobos."
Naya diam. Dia tidak mengira bahwa alasan Dery seperti itu. Laki-laki di depannya ini..benar-benar sepeduli itu padanya.
"Bentar Nay," kata Dery sebelum laki-laki itu melangkah ke mobilnya. Dia mengambil sesuatu dari mobil sebelum kembali menghampiri Naya.
"Nih." Dery menyerahkan sesuatu berbungkus plastik berwarna hitam pada Naya.
Naya mengernyit. Dery menggoyang-goyangkan bungkusan itu karena Naya masih tidak mengambilnya.
"Taichan Sambas," kata Dery sambil nyengir.
Naya ikut tersenyum juga. Dia akhirnya mengambil bungkusan tersebut dari tangan Dery. "Makasih ya."
"Sama-sama. Sori malem-malem gangguin lo lagi nugas. Gue langsung balik ya?"
"Hati-hati ya Der, makasih sekali lagi."
"Anytime, Renjani."
***
Naya sedang melanjutkan mengerjakan tugasnya ketika ponselnya kembali berdering. Dia mengambil handphone itu dan melihat nama Mami di caller id. Tumben banget telepon, malem-malem gini lagi, batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
King of Hearts
General FictionBagi Renjani Nayanika, perasaan, keresahan dan ketakutannya tidak seberapa penting untuk orang lain. Apapun itu, cukup hanya ia saja yang tahu. Sebab dia paham, pada akhirnya, yang tinggal hanya dirinya sendiri. Dia paham, orang lain bisa pergi--den...