29. The Bond

17 1 0
                                    

Momen saat Abby pergi ke tempat gelato dengan Laskar adalah titik di mana dia merasa akhirnya mengenal laki-laki itu lebih dekat. Ya.. boleh dibilang naik satu tingkat lah hubungan mereka, gak lagi cuma sekadar temannya teman. Waktu itu, Laskar banyak cerita tentang dirinya ketika dia masih tinggal di Bandung dulu, bagaimana dia menghabiskan sekitar delapan belas tahun hidupnya di kota yang dijuluki kota kembang itu.

Laskar bilang, orang Bandung itu ramah-ramah, dia bahkan sempat culture shock waktu dulu pertama pindah ke Jakarta karena orang-orangnya yang jauh berbeda dengan lingkungannya waktu di Bandung. Menurutnya, orang-orang di Ibu kota cenderung lebih individualis dan tidak mau ikut campur urusan orang lain.

Laskar pernah tidak sengaja kehilangan kunci motornya waktu baru keluar dari mini market. Lalu saat dia menanyakan pada pegawai mini market apakah ada kunci terjatuh, dia malah disinisin. Ujung-ujungnya, dia yang mencari sendiri kunci motornya dengan menyusuri setiap penjuru mini market, dan untungnya ketemu. Dia tahu sih, memang itu keteledorannya sendiri, tapi apa sesusah itu ya, menolong orang lain?

Laskar juga cerita, waktu di SMA dulu dia ikut komunitas pecinta alam. Dia pernah ingin mendaftar untuk keanggotaan salah satu organisasi pecinta alam bergengsi di Bandung—Wanadri, tapi tidak mendapat restu dari Abah dan Mamahnya. Sebab kata mereka, pendidikan dasar Wanadri yang jadi salah satu tahapan seleksi untuk menjadi anggota terlalu berat buat Laskar yang kala itu masih berusia lima belas tahun. Karena restu orang tua itu wajib hukumnya, jadi Laskar batal mendaftar deh.

Lalu dia akhirnya ikut pecinta alam di SMA-nya, setelah memohon-mohon untuk diberi izin. Untungnya, kali ini orang tuanya mengizinkan. Di sana, Laskar belajar untuk senantiasa menghormati dan menghargai, bukan hanya kepada orang lain, tapi juga alam atau lingkungan. Nilai-nilai yang dia dapat selama bermain di alam selalu dia bawa sampai sekarang meski sudah nggak aktif lagi. Sebab setelah kuliah, Laskar vakum dari kegiatan pencinta alam. Dia bilang sih, mau fokus kuliah dulu.

Kata Laskar, kenapa dia memutuskan untuk kuliah merantau ke Jakarta meski Bandung adalah rumah dengan sejuta kenangan sekaligus kota yang memberi kenyamanan untuknya adalah, karena dia ingin keluar dari zona nyaman. Dia mau belajar hidup mandiri, jauh dari orang tua. Laskar punya om yang menetap di Jakarta sih, tapi tetap tidak akan sama dengan keluarga inti pastinya. Selain itu juga tinggalnya jauh dari daerah kampus dan kosannya.

Menurut Abby, setiap cerita yang keluar dari mulut Laskar sangat menarik untuk disimak. Entah memang karena ceritanya yang seru atau karena penyampaian Laskar yang asyik, yang jelas Abby betah duduk berdua dengan laki-laki itu dari petang hingga pekatnya langit malam hari menyapa. Satu lagi poin plus yang didapat Laskar dari Abby pada saat itu adalah, laki-laki itu sangat menghargai Abby.

Laskar menatap dengan antusias ketika Abby yang bercerita, meski celotehannya se-tidak penting kucing di komplek perumahannya punya anak di usia dini—masih remaja tapi sudah melahirkan tiga ekor anak. Atau bagaimana ketika laki-laki itu bertanya dengan sopan apakah dia boleh merokok di depan Abby. Abby jelas tidak enak, tapi dia gak membolehkan karena mau gimana lagi, Abby nggak setahan itu dengan asap rokok. Laskar mengerti, dia bahkan sampai meminta maaf karenanya.

Menurut Abby, meski itu cuma hal kecil tapi sangat berkesan, sebab dia pernah jalan dengan cowok lain yang juga perokok, dan orang itu bahkan tidak repot-repot bertanya melainkan langsung saja membakar rokoknya di depan Abby. Bikin Abby mati-matian harus menahan agar tidak batuk-batuk sepanjang pertemuan mereka.

Dengan Laskar, Abby merasa laki-laki itu sangat berusaha untuk membuat Abby nyaman. Yang tentunya berhasil karena memang Abby bisa dengan mudah merasa nyaman berada di dekat laki-laki itu.

***

"Iyaa Janesh, ini udah di rumah.. Apaan? Video call? Nggak ah, males. Nih, ngomong aja deh lo sama si Mba," kata Naya, lalu mengangsurkan ponsel ke dekat ART di rumah orang tuanya. Yang tentu menimbulkan kebingungan di wajah si Mba. Sekarang Naya sedang di dapur, menunggu si Mba membuat makanan untuknya.

King of HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang