Penghuni kosan enam pintu saat ini sedang berkumpul di ruang tamu kosan. Rumah kos yang mereka tempati ini memang bisa dibilang cukup mewah untuk ukuran kos-kosan, ada parkiran yang cukup luas, ruang tamu lengkap dengan sofa, tv dan ps—kalau ps yang beli Jaya sih, serta dapur dengan peralatan lengkap meski jarang digunakan oleh penguninya sebab lebih memilih untuk beli makanan di luar, lebih praktis. Fasilitasnya sebanding dengan harga yang harus mereka keluarkan.
"Lo bertiga sama UKM Kesenian tampil di Dies Natalis kampus minggu depan?" Juan bertanya pada tiga orang temannya—Dery, Mark dan Dejun.
"Yoi. Tapi kita yang ngisi acara non-formalnya sih. Mulainya dari sore, sampe malem. Kalau sesuai rundown yang terakhir dikasih, gue, Dery sama Dejun sekitar jam 7 malem naiknya," kata Mark.
"Gue nonton paling depan nanti," kata Juan.
"Eh, boleh ajak anak kampus luar gak?" tanya Jaya.
"Setau gue sih bebas, emang mau ngajak siapa lo?" kata Mark.
"Dia kan abis kenalan sama cewek pas weekend kemaren mimik-mimik. Biasalah Mark temen lo.." Juan yang menjawab.
"Jangan iri jangan dengki." suara meledek Dery terdengar.
Juan melempar Dery dengan kacang pilus yang sedang ia makan. Namun bukannya mengenai Dery, pilus itu malah mendarat di kepala Laskar yang sedang serius main game di ponselnya. Tepat di sebelah Dery sehingga pilus itu salah sasaran.
Karena lemparan pilus tersebut, fokus Laskar jadi terganggu dan dia kalah, padahal tinggal sedikit lagi. Sontak saja dia berdiri dari duduknya dan berteriak, "ANJING". Dery yang duduk di sebelahnya kaget. Juan juga kaget.
"Ju! Ah elah, kalah kan nih!" protes Laskar pada Juan, si pelaku pelemparan pilus.
"Ya sorii, gue niatnya kan mau lempar si Dery, lo lagian duduk di sebelahnya. Sabar ya, kadang dalam hidup emang kita perlu kalah Kar biar gak jumawa," balas Juan.
"Gue cuma lagi main game anjing! Ngapain lo kasih petuah hidup?!" sungut Laskar, yang disusul dengan tawa teman-temannya.
"Gue mau beli rokok ke mini market depan." Suara Dejun terdengar.
"Gue liat-liat lo vokalis tapi sebat jalan terus Jun," kata Jaya.
"Lo gak tau Jay? Vokalis makin keren kalau nyebat di atas panggung. Gue jamin cewek-cewek-an lo itu pada terpesona sama gue kalau liat gue nyanyi sambil nyebat pas lagi manggung."
"Cewek-cewek-an apa sat, gue gak punya cewe!" protes Jaya.
"Ya makanya gue bilangnya cewek-cewek-an. Beda kan, sama cewek?"
"Ye goblok!" sungut Jaya.
"Eh gue juga mau cabut nih ambil fotokopian di deket kampus, lo sekalian aja sama gue Jun nanti gue drop di mini market," kata Laskar sambil berdiri dari duduknya untuk mengambil kunci motor di kamarnya.
"Cakep. Lumayan gak jadi jalan ke depan," kata Dejun.
***
Saat sedang menunggu bukunya sedang disiapkan oleh tukang fotokopi, Laskar mendengar suara perempuan yang tidak asing di telinganya. "Bang, mau ambil buku," begitu kata si perempuan tersebut.
Laskar menoleh ke kanan dan mendapati ada Abby di sebelahnya.
"Abby?"
"Eh Kar, lagi fotokopi juga?"
"Kalau di tukang fotokopi gak mungkin gue lagi bercocok tanam gak sih, By?"
"Ya elah Kar.." kata Abby mendengar jawaban nyeleneh dari Laskar.
KAMU SEDANG MEMBACA
King of Hearts
General FictionBagi Renjani Nayanika, perasaan, keresahan dan ketakutannya tidak seberapa penting untuk orang lain. Apapun itu, cukup hanya ia saja yang tahu. Sebab dia paham, pada akhirnya, yang tinggal hanya dirinya sendiri. Dia paham, orang lain bisa pergi--den...