36. February

19 2 4
                                    

Dery : I'm in Bali

Pupil mata Naya melebar begitu dia membaca notifikasi dari seseorang yang sudah beberapa waktu lamanya nggak pernah dia lihat lagi. Dia sampai mengucek matanya berkali-kali untuk memastikan bahwa dia tidak salah lihat.

"What the hell it's 6 AM and he just told me he's in Bali for God sake what's going on with this guy?" Naya merutuk. Gimana enggak? Bangun pagi langsung disambut dengan kabar mengejutkan. What is he going to do in Bali when Naya is in Bali too, maksudnya ya it's up to him indeed, tapi kenapa harus lapor ke Naya all of the sudden? Since, situasi di antara mereka juga lagi nggak kayak biasanya?

Naya : Okay.....?

Pesan itu tidak terkirim, cuma ceklis satu. Dengan menghilangkan segala egonya, Naya mencoba menelepon ke nomor telepon Dery dan hanya suara operator yang terdengar. Naya menebak pasti ponsel laki-laki itu mati. Terus sekarang apa? Naya juga bingung.

Malik : Good morning Naya, i'm on my way to your place ya. Siap-siap!

Iya, hari ini Naya memang janjian lagi dengan Malik. Mereka sepakat juga untuk berangkat lebih pagi supaya bisa explore ke tempat yang lebih jauh.

Naya memijat keningnya, pusing karena 'surprise' dari Dery ditambah lagi laki-laki itu sekarang nggak bisa dihubungi. Lalu dia memutuskan untuk mandi saja, berharap setelah mandi otaknya bisa lebih rileks. Usai mandi dan sudah rapih, ponsel yang diletakkannya di nakas samping tempat tidur berdering tanda ada telepon masuk, ternyata dari Dery. Naya tidak berpikir panjang ketika mengangkat telepon itu.

"Halo?"

"Nay sorry tadi hp gue mati. Ini baru nyala lagi. Gue di depan nih," kata Dery.

Ada perasaan aneh yang dirasakan Naya ketika mendengar suara di ujung telepon. Naya baru sadar dia sudah lama nggak mendengar suara yang biasanya dia dengar setiap hari itu. She realises she misses his voice. Badly. Sampai rasanya dia ingin menangis.

"Renjani?"

By the time he called Naya like that, setetes air mata tanpa sadar jatuh ke pipi Naya. Gadis itu merasa aneh, tidak mengerti ada apa dengan dirinya. Kenapa dia jadi semelankolis ini hanya karena mendengar suara Dery? Di detik berikutnya dia sadar, dia rindu akan eksistensi laki-laki itu. Dia rindu semua hal tentang Dery.

"Hey you still there? Gue di depan nih."

Naya menggigit bibirnya agar suara tangisan tidak lolos. Dia masih berusaha mengendalikan dirinya supaya bisa menghadapi Dery. Sampai dia tersadar. "You what?"

"Di depan."

"Depan mana?"

"Your place."

"In Bali?"

"I told you i'm in Bali kan?"

"You must be kidding me."

"I'm not."

Hening. Otaknya sedang sulit memproses semua kejutan yang diberikan laki-laki di seberang telepon padanya. "How did you know where i'm staying?"

"Bisa keluar dulu gak? Biar ngomong langsung aja? On the top of that i wanna see your face because i miss you."

"God dammit."

Tahu apa yang menyebalkan lagi buat Naya? Laki-laki di seberang teleponnya malah tertawa ketika dia mengumpat karena semua hal tiba-tiba yang terjadi pagi ini. Dan Naya tahu pasti, hari ini pasti tidak akan tenang.

King of HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang