10. Her Story

44 4 3
                                    

"Biar ada alesan ketemu sama lo."

"Gak usah pake alesan juga mau ketemu gue mah ketemu aja kali."

Jaya tertawa pelan. "Gue gak expect jawaban lo bakal gitu loh, Tha."

"Emang biasanya cewek kalau lo gituin jawabnya gimana?"

Waduh, kok malah jadi Jaya yang di skakmat?

"Yang pasti gak ada yang kaya jawaban lo." Jaya senyum.

Retha tuh hapal tipikal cowo kayak Jaya, mulutnya manis ditambah dengan wajah yang mendukung. Bukan perkara sulit pasti bagi Jaya untuk merayu perempuan. Kalau Retha sih kebal, harusnya. Tapi melihat dimples di wajah Jaya saat laki-laki itu tersenyum Retha lemah juga sih, sedikit.

Naya tidak punya teman mengobrol karena dua temannya malah asyik mengobrol masing-masing. Abby dengan Laskar dan Retha dengan Jaya. Juan sudah menghilang entah ke mana. Naya melirik jam, sudah hampir jam dua belas malam. Itu berarti sudah hampir dua jam dia di sini. Naya pamit ke toilet, meskipun sepertinya tidak ada yang memerhatikan juga.

Saat kembali dari toilet, Naya melihat Dery sudah duduk di kursi yang ia tempati tadi. Dia juga melihat Dejun dan Mark sedang mengobrol dengan Juan yang sudah kembali setelah sebelumnya sempat menghilang.

Naya berjalan menghampiri Dery dan berhenti tepat di hadapan laki-laki itu. Gadis itu bisa melihat Dery tersenyum kepadanya.

"Ngantuk.." Naya menjatuhkan kepalanya ke bahu Dery. Posisi Dery yang sedang duduk menjadikan Naya sedikit lebih tinggi dari laki-laki itu, sehingga mudah untuk menjatuhkan kepalanya di bahu Dery.

Naya biasanya nggak pernah seberani ini, tapi dia benar-benar mengantuk dan kepalanya sudah berat. Dia memejamkan matanya namun masih bisa merasakan kalau Dery mengelus rambutnya pelan.

"Jangan tidur di sini dong.. Emang mau gue gendong?" Naya mendengar suara Dery.

Dia kemudian bangun walau sedikit sempoyongan. Untungnya Dery memegang tangannya sehingga ia tidak jatuh. Posisi mereka masih berhadap-hadapan, Naya berdiri sementara Dery duduk. Dery memegang tangan Naya sambil mengelus punggung tangan gadis itu pelan. Kalau Naya sedang dalam mode normal, dia pasti sudah menghindar. Tapi kali ini dia diam saja.

"Pulang sekarang?"

Naya mengangguk. Dery kemudian bangun dan ganti mendudukan Naya di kursi yang sebelumnya ia tempati. Gadis itu lalu malah langsung menelungkupkan kepalanya di meja. Dery terkekeh melihatnya. Kemudian dia pamit pada teman-temannya, juga mewakili Naya pamit kepada kedua teman gadis itu.

Setelah berpamitan, Dery menepuk punggung Naya pelan agar gadis itu bangun. Naya menurut saja ketika Dery menarik tangannya untuk digenggam dan menuntun gadis itu keluar menuju parkiran. Masih mengantuk.

Ketika menarik tangan Naya, Dery tidak sengaja melihat bekas luka yang memanjang di lengan kiri gadis itu. Sebab cardigan lengan panjang yang dikenakan Naya tertarik ke atas ketika gadis itu menelungkupkan kepalanya di meja. Dery mengernyit heran.

Setelah tiga puluh menit perjalanan akhirnya mereka sampai di kosan Naya. Dery pun membangunkan gadis itu yang tertidur sejak memasuki mobil. Naya mengulet sebentar ketika terbangun dari tidurnya.

"Udah sampe yah? Sorry ya gue tiba-tiba ngantuk banget tadi."

"Gak apa-apa. Langsung masuk sana, terus lanjut istirahat, gue gak turun ya soalnya udah malem banget gak enak kalau diliat orang."

Naya mengangguk. Dia melepaskan sabuk pengaman kemudian mengucapkan terima kasih pada Dery. Saat gadis itu akan membuka pintu mobil, Dery menahan tangannya.

King of HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang