Saat masuk ke kamar kosnya, Naya langsung merebahkan tubuhnya di kasur setelah sebelumnya meletakkan tas di gantungan. Biasanya setelah sampai kosan selepas kuliah, Naya akan ke kamar mandi untuk cuci kaki dan tangan, tapi kali ini dia seperti tidak punya energi untuk melakukannya. Dia memejamkan matanya meskipun tidak tertidur.
Pikirannya sedang melalang buana. Kenapa Damar ada di sini, di kampusnya? Bukannya dia di Bandung?
Naya belum membalas pesan yang dikirimkan Damar beberapa waktu lalu sampai sekarang, dan laki-laki itu juga tidak mengiriminya pesan lain lagi. Lalu tiba-tiba saja Damar malah muncul di hadapannya, disaat Naya sama sekali tidak ada persiapan. Dia mau apa lagi dari Naya?
Suara dering ponsel membuyarkan lamunan Naya, dia merogoh saku celananya untuk mengambil benda itu. Pesan dari nomor tidak dikenal tertera di lock screen, dia lalu membukanya.
08129xxxxxxx : Naya, aku minta maaf kalau kedatangan aku tadi bikin kamu gak nyaman. Aku cuma perlu ngobrol sama kamu. Aku di Jakarta sampe minggu ini. I really appreciate your time kalau kamu bersedia ketemu aku.
Naya menutup pesan itu tanpa membalasnya. Dia sebenarnya ingin tahu tujuan Damar mencarinya lagi setelah sekian waktu berlalu. Harusnya mereka sudah berjalan masing-masing, kan? Selama ini juga seperti itu, lalu kenapa tiba-tiba laki-laki itu merasa perlu bertemu dengan Naya? Jujur saja hatinya belum siap. Melihat Damar, membuatnya merasakan kembali sakit yang ia rasakan dulu.
Kemudian dering ponselnya kembali terdengar. Kali ini telepon dari Abby.
"Halo, kenapa, By?"
"Nay!! Sleep over yukk di rumah Retha?"
"Tiba-tiba?"
"Emang harus direncanain mateng-mateng dulu? Justru yang dadakan tuh emang yang biasanya jadi."
"Ya..iya sih, tapi kan besok kuliah?"
"Kuliahnya kan siang, gampang lahh."
"Lo udah bilang Retha emangnya?"
"Udah. Sebelum telepon lo gue telepon dia dulu, dia mah seneng-seneng aja pasti ada temennya."
"Ya udah deh."
"Sip. Siap-siap ya, satu jam lagi gue ke kosan lo."
"Oke."
Setelah telepon ditutup, Naya kemudian beranjak dari tempat tidurnya. Dia memutuskan untuk mandi, bersiap-siap seperti yang diperintahkan Abby. Ide impulsif Abby untuk menginap di rumah Retha sebenarnya boleh juga, hitung-hitung Naya menghilangkan Damar dari pikirannya.
Satu jam kemudian, Abby mengatakan dia sudah di depan kosan Naya. Naya kemudian mengambil backpacknya sebelum keluar untuk menyusul Abby. Sebelum ini, Naya sudah memesan taxi online untuk membawa mereka ke rumah Retha. Tidak sampai sepuluh menit menunggu di depan bersama Abby, taksi online yang dipesan Naya datang.
***
Sesampainya di rumah Retha, Naya dan Abby rupanya sudah ditunggu Retha di teras rumahnya. Melihat dua temannya datang, Retha segera menghampiri dan mengajak mereka ke kamarnya. Orang tua Retha sedang tidak ada, memang jarang di rumah sih—biasalah, sibuk.
Kamar Retha luas, tempat tidur king sizenya jelas cukup untuk ditempati dia dan kedua temannya. Tadi Abby sudah mengajak Naya dan Retha untuk menonton serial yang katanya sih seru, Move to Heaven judulnya. Naya juga sudah dengar tapi belum sempat menonton, jadi dia setuju dengan Abby. Retha sih, ikut mereka saja. Supaya lebih lengkap, Retha memesan pizza dari aplikasi ojek online untuk menemani mereka menonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
King of Hearts
General FictionBagi Renjani Nayanika, perasaan, keresahan dan ketakutannya tidak seberapa penting untuk orang lain. Apapun itu, cukup hanya ia saja yang tahu. Sebab dia paham, pada akhirnya, yang tinggal hanya dirinya sendiri. Dia paham, orang lain bisa pergi--den...