“Al, kamu di sini sudah satu minggu, apa mertuamu tidak apa-apa?” Tanya mama saat aku tengah menonton televisi.
“Mama gak suka Alya disini?”
“Bukan itu masalahnya Al, tapi ....” Mama menggantung kalimatnya, menoleh ke arah kiri dan kanan, dan sedikit berbisik, “papa kamu kayak suka kesel gitu sama suami kamu.”
Tidak bisa dipungkiri memang selama aku dan Andi tinggal di sini, papa jarang sekali menyapa suamiku itu. Entah apa alasannya. Padahal suamiku selalu mencoba ramah pada papa.
“Tapi Alya tidak mau kembali ke rumah itu, Ma ....” Aku mulai merengek.
“Kenapa?” Tiba-tiba sebuah suara menyahuti rengekanku.
“Papa?” Aku terkejut karena papa tiba-tiba datang dari arah belakang.
“Kenapa kamu tidak mau pulang, Alya?”
“Pulang? Maksud papa pulang kemana? Rumah ini adalah tempat Alya pulang, Pa.”
“Itu dulu Alya! Setelah kamu menikah, tempat pulangmu adalah rumah suamimu!”
“Tapi Alya tidak mau pulang ke sana lagi, Pa.”
“Andi adalah laki-laki yang kamu pilih sendiri, ingat? Jadi terimalah dia dan keluarganya yang sekarang sudah menjadi keluargamu juga.”
“Papa kayaknya gak suka Alya sama Andi tinggal di sini ya?”
“Suami kamu itu orangnya pemalas Al. Kamu tahu kan kita punya depot air minum isi ulang dan juga agen LPG? Setidaknya selama di sini bantulah papa angkat-angkat galon kek, tabung gas kek. Ya walaupun sudah ada yang kerja, tapi apa dia gak merasa gak enak liat mertuanya sibuk sementara dia ongkang-ongkang kaki sambil main hape?”
“Andi itu gak biasa kerja kasar kayak gitu, Pa.”
Ku lihat papa menggelengkan kepalanya seraya meninggalkan aku dan mama yang masih duduk di depan televisi.
“Ma, tolong bujuk papa,” rayuku pada mama.
Mama menggeleng.
Dengan berat hati aku kembali lagi ke rumah Andi. Fix, papa dan mama sudah membuangku sejak aku menikah dengan Andi. Yang bisa ku lakukan saat ini adalah berdamai dengan ibu mertuaku yang bawel itu.
Aku mulai belajar mengerjakan pekerjaan rumah. Menyapu, mengepel, mencuci baju, dan juga mencuci piring. Kalau untuk memasak tetap dilakukan ibu mertua.
“Ndi, kuota aku abis, isiin dong.”
“Kamu udah gak punya uang Al?”
Aku menggeleng. Uang amplop dari tamu undangan pernikahan kami tiga bulan lalu sudah habis. Kini aku sudah tidak memegang uang barang seribu.
“Tunggu bentar, aku minta ibu dulu.”
Andi beranjak bangun dan memanggil-manggil ibunya. Sedangkan aku menunggu sambil membaca pesan di grup whatsappku. Beruntung sisa kuota yang ku punya Masih bisa dipakai untuk berkirim pesan, hanya tidak bisa membuka foto dan video saja.
Grup alumni SMP ku sedang ramai. Salah satu teman mengirimkan sebuah foto di sana. Dan beragam komentar dari teman-temanku yang lain di bawahnya.
[Siska yang mana sih?] Tia.
[Itu yang suka sama si Alya] Ela.
[Lupa lupa ingat] Tia.
[Dia gak masuk grup yah] Andin.
[Ada yang punya no. nya gak biar gue masukin grup] Doni.
[Tanya si Alya tuh, dia kan bestie nya] Ela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Pasangan Populer (TAMAT)
RomanceAlya dan Andi yang sudah berpacaran semenjak SMA memutuskan untuk menikah setelah lulus kuliah. Bagaimana mereka menjalani kehidupan rumah tangganya?