Part 22 Cara Terbaik Mengalahkan Musuh

108 13 0
                                    

Aku terbangun di tempat asing. Bau obat-obatan sangat menyengat di sini. Aku mengamati sekitar seraya memijat pelipisku yang terasa sakit.

Aku di mana? Batinku.

Pikiranku kembali teringat pada saat itu. Aku berlari karena di kejar-kejar seorang penjahat. Lalu aku terjatuh dan tidak sadarkan diri.

“Kamu sudah bangun?” Pertanyaan seseorang mengejutkanku. Aku bahkan tidak menyadari kalau aku tidak sendiri di sana.

“Mas Tedi?” Aku senang karena orang yang pertama kali aku lihat adalah dia.

Aku hendak bangun, namun Tedi menghentikan gerakanku, “jangan banyak bergerak dulu, biar aku panggilkan dokter.”

Tedi meninggalkanku sendirian di ruangan ini, yang ku yakini adalah salah satu ruangan di rumah sakit. Aku duduk bersandar pada sandaran tempat tidur. Tak lama, ia kembali bersama seorang pria berjas putih.

“Bagaimana keadaannya dokter?” tanya Tedi.

“Istri anda baik-baik saja, tidak ada luka serius. Tapi saat ini kondisinya masih sangat lemah. Ia butuh istirahat.”

“Terima kasih dokter.” Dokter tersebut kemudian meninggalkan kami berdua.

“Kenapa aku ada di sini mas?” tanyaku pada Tedi.

“Apa yang kamu ingat?” Tedi menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan.

“Aku mengendarai mobil, terus bensinnya habis. Lalu seseorang mengetuk kaca pintu mobilku dan ... Dan aku lari, lalu terjatuh, kemudian ... Aku tidak ingat apa-apa lagi.”

“Lain kali jangan berkendara ke tempat sepi seperti itu, bahaya Al. Untung saja kamu tidak apa-apa.” Tedi mengusap pelan pipiku dengan ibu jarinya. “Memangnya kamu mau kemana? Hm?”

Aku menggeleng, “aku juga tidak tahu mas.”

Tedi mengembuskan napas berat, “aku menyewa bodyguard untuk menjagamu. Tapi ternyata kamu tidak ada di rumah. Lalu aku menyuruh orang untuk mencarimu, dan akhirnya kamu bisa di temukan. Aku sangat khawatir, aku pikir kamu diculik.”

Aku tersenyum mendengar penuturan Tedi.

“Menurut informasi, seorang warga melihat mobilmu mogok. Namun ketika dia akan membantumu, kamu malah lari ke arah jurang. Dia sudah memperingatkan agar kamu tidak lari kesana, tapi kamu tidak mendengarnya. Akhirnya kamu terjatuh. Untung saja jurangnya tidak dalam, jadi kamu masih bisa di selamatkan.”

Aku teringat kejadian itu. Rupanya orang yang mengejarku adalah orang yang justru ingin membantuku. Dan teriakan yang aku dengar saat itu adalah teriakan peringatan agar aku tidak lari menuju jurang. Aku sudah salah sangka.

“Lain kali jangan seperti itu Al, kamu membuat aku khawatir.”

“Maaf mas.”

Tedi membawaku ke dalam pelukannya, “saat ini situasi sedang tidak kondusif, aku sangat mengkhawatirkanmu.”

“Mas aku pikir Andi dan mas Ridwan ada hubungannya dengan ledakan mobil itu.”

Tedi melonggarkan pelukannya agar bisa melihat wajahku, “kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?”

“Waktu aku pulang, aku melihat ada noda cat merah di tangan Andi. Surat ancaman itu di tulis dengan cat merah kan mas?”

Tedi mengangguk. Ia berdiri kemudian menatap keluar ke arah jendela, “lalu?”

“Lalu mas Ridwan ... Mas Ridwan ada di lokasi kejadian waktu itu.”

Tedi berbalik ke arahku, “kamu tahu dari mana?”

Pernikahan Pasangan Populer (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang