“Mas ... Tolong jangan lakukan ini mas ... Aku mohon.” Seorang wanita yang masih mengenakan pakaian khas pasien rumah sakit tampak tengah memohon kepada suaminya. Ia memegangi kaki suaminya yang akan pergi meninggalkan ruangan tempatnya menginap.
“Air matamu tidak akan berpengaruh untukku Siska!”
Air mata Siska luruh, ia sesekali memegangi perutnya yang masih sakit akibat operasi cesar kemarin malam.
Tedi kembali melangkah, namun sekuat tenaga, Siska menjegal langkah Tedi. “Kamu tenang saja Siska, aku akan membayar dengan pantas semua kerugian yang kamu dapatkan.”
“Mas, aku mohon jangan seperti ini. Aku tahu aku salah. Aku menggunakan cara curang untuk membuat mas menikahiku. Tapi aku mohon jangan lakukan ini mas, aku sangat mencintai mas. Anak kita butuh sosok orang tuanya mas.”
“Anakku tidak akan kekurangan kasih sayang seorang ibu. Aku akan memastikannya sendiri.”
“Mas, jangan pisahkan aku dari anak aku ....”
Tedi tidak mempedulikan Siska lagi, ia menyeret kakinya hingga pegangan Siska terlepas. Sebelum membuka pintu, ia berucap, “kamu tidak perlu khawatir, aku akan menanggung biaya rumah sakit dan biaya pemulihanmu sampai sembuh.” Lalu ia pergi keluar dari ruang rawat Siska, meninggalkan Siska yang masih bersimpuh di atas lantai.
Siska menangis tergugu. Ia merutuki kebodohannya sendiri. Mengapa ia bisa jatuh cinta pada lelaki tidak berperasaan seperti Tedi. Dengan santainya Tedi mengatakan kalau ia akan mengambil anak yang baru saja dilahirkan Siska melalui proses cesar, dan akan segera mengurus perceraiannya.
“Ini tidak adil! Ini tidak adil! Aw ....” Siska berteriak dalam tangisnya, kemudian meringis karena merasakan sakit di perutnya.
Bukan salahnya jika hatinya mencintai Tedi. Kalau bisa mengatur, ia pun tidak ingin memiliki rasa cinta tak berbalas seperti ini. Tapi Siska bahkan sudah jatuh hati pada laki-laki itu dari semenjak bertemu dengannya beberapa tahun yang lalu. Cintanya semakin hari semakin besar, walaupun Tedi tidak pernah menyadari keberadaannya.
Bu Elin yang mengetahui putrinya mencintai Tedi, lalu membuat sebuah rencana dengan melibatkan bu Ningrum yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini. Dan dengan bodohnya, Siska mengikuti rencana ibunya begitu saja.
“Bodoh! Bodoh! Bodoh!” Siska kembali berteriak, sampai ia merasakan sakit yang teramat sangat di perutnya. Ia kemudian tak sadarkan diri.
Perawat datang di saat yang tepat. Ia segera meminta pertolongan untuk membawa Siska kembali ke tempat tidur.
***
Bu Elin yang mengetahui kalau jahitan bekas operasi Siska rusak, dan harus di jahit ulang hanya bisa menangis di atas kursi yang ada di ruang tunggu. Ia tahu, putrinya menjadi seperti ini karena ulah Tedi. Ingatannya kembali saat ia dan Siska diseret bagai pencuri dari rumah mewah Tedi. Hal itu juga yang membuat Siska mengalami pendarahan hingga harus melahirkan bayinya prematur.
Berbeda dari bu Elin yang nampak terpuruk, Sony, adik kandung Siska terlihat marah. Ia mengeratkan tangannya dengan kuat hingga buku-buku jarinya terlihat memutih, akibat terhentinya aliran darah ke sana.
“Ibu jangan khawatir, dia akan menerima akibat dari perbuatannya,” ucap Sony seraya memandangi pintu ruang operasi di mana kakaknya sedang dilakukan tindakan.
“Apa yang akan kamu lakukan nak?” tanya bu Elin pada remaja yang masih berstatus pelajar SMA tersebut.
“Aku akan menghancurkan dia.”
“Nak, tolong jangan berbuat lebih jauh dari ini. Ibu tidak mau kamu sampai berurusan dengan polisi. Sudah cukup nak.”
“Sudah terlanjur Bu. Tiga kali aku gagal melenyapkannya, kali ini aku pastikan tidak akan lagi. Aku akan memberikan hukuman yang lebih menyakitkan dari kematian untuk wanita penggoda itu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Pasangan Populer (TAMAT)
RomanceAlya dan Andi yang sudah berpacaran semenjak SMA memutuskan untuk menikah setelah lulus kuliah. Bagaimana mereka menjalani kehidupan rumah tangganya?