Part 17 Dia Mau Menculikku

126 10 0
                                    

Aku memandangi bangunan yang berdiri kokoh di depanku saat ini. Berbagai merek mobil berjejer rapi di sana. Walaupun bukan mobil baru, tapi beberapa diantaranya adalah mobil keluaran terbaru dan terawat.

Aku belum turun dari mobilku. Pikiranku masih teringat akan perbincanganku dengan Andi tadi malam.

“Al, aku sudah dapat jadwal latihan basket. Dua kali dalam seminggu. Rabu dan sabtu. Kalau ada turnamen, bisa setiap hari,” ucap Andi tadi malam.

“Oke.”

“Terus setiap dua minggu sekali aku harus mengantarkan mas Lukman ke luar kota.”

“Lagi? Mas lukman sering banget ke luar kota sih Ndi. Ngurusin bisnis apa?”

“Ehm itu ... Aku juga gak tahu Al.”

“Bohong! Gak mungkin kamu gak tahu. Memangnya mas Lukman gak bisa nyetir sendiri apa? Atau nyari sopir kek. Gak istri, gak suami, sama-sama ngerepotin!” Gerutuku kesal.

“Kamu jangan seperti itu Al, mereka itu saudara aku, saudara kamu juga.”

“Ya ... Ya ... Aku tahu. Sekarang kamu jawab jujur, sebenarnya kamu nganterin mas Lukman kemana dan urusan apa?”

“Tapi kamu janji akan merahasiakan ini?”

Aku berbalik menatap Andi, sesuatu hal yang Andi sebut rahasia pasti sesuatu yang menarik.

“Mas Lukman terkena gagal ginjal Al, aku mengantarnya ke rumah sakit di Jakarta untuk melakukan proses cuci darah.”

“Kamu serius Ndi? Sejak kapan?”

“Aku juga tidak tahu pastinya sejak kapan.”

“Apa ibu dan mbak Tati tahu?”

Andi menggeleng, “engga Al, makanya aku minta kamu merahasiakannya. Biar mas Lukman sendiri yang memberitahukannya nanti.”

“Jadi itu yang jadi alasan mengapa mas Lukman memilih untuk melakukan proses cuci darah di Jakarta?”

Andi kembali mengangguk.

Seseorang mengetuk kaca mobilku. Dan hal itu sukses membuatku membuyarkan segala lamunan.

Aku menurunkan kaca mobilku, “kenapa mas?” tanyaku.

“Maaf mbak, mobil mbak menghalangi jalan,” ucap seorang pria yang mengenakan seragam dengan logo showroom mobil milik mas Lukman.

“Ah maaf, sebenarnya saya kesini mau bertemu mbak Tati.”

“Maaf, mbak siapa dan dari mana ya?”

“Saya Alya, adik iparnya mbak Tati.”

“Oh mbak ini istrinya mas Andi yah? Ibu ada di atas, mbak bisa parkir di sebelah sana,” ucap pria tersebut seraya menunjukkan lokasi tempat parkir.

Aku segera naik melalui tangga yang terletak di bagian dalam showroom usai memarkirkan mobilku di tempat yang tadi di tunjukkan pegawai mas Lukman. Rumah mbak Tati dan mas Lukman terletak di atas Showroom mobil ini. Ada satu pintu diujung tangga, aku yakin kalau pintu ini adalah pintu masuk ke kediaman mbak Tati dan mas Lukman.

Pemandangan yang ku lihat pertama kali adalah mbak Tati yang sedang menyuapi Azril sambil menyusui baby Vano. Mbak Tati nampak kewalahan karena Azril tidak mau duduk.  Dia nampak berlari-lari sambil membawa mainan pesawat. Tidak ku lihat mas Lukman di sana.

“Mbak?” sapaku.

Mbak Tati menoleh, “kamu di sini Al? Masuk!”

Aku melangkah lebih dalam lagi. Rumah ini sungguh berantakan. Mainan berceceran di mana-mana. Bekas makanan juga berserakan.

Pernikahan Pasangan Populer (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang