Part 26 Ponsel Siapa?

109 9 0
                                    

“Ehm ... Apa mungkin kalau orang yang kita cari adalah ibu kamu sendiri Mas?”

Tedi menatap intens ke arahku. Jelas ia tahu apa yang aku maksud.

“Dia hanya wanita rakus yang haus akan harta Al. Membunuhku hanya akan merugikannya.”

“Kenapa Mas bicara seperti itu tentang ibu Mas sendiri?”

“Dia bukan ibuku Al, dia adalah istri dari Ayahku.”

“Maksudnya? Bu Ningrum adalah ibu sambung Mas?”

“Iya.”

“Lalu ke mana ibu kandung mas?”

“Sudah meninggal. Tak lama ketika ayah membawa wanita itu ke rumah kami.”

“Jadi ayah mas berselingkuh?”

Tedi tertawa, “hahahaha ... Lucu bukan Al? Dulu aku sangat membenci ayahku karena telah menduakan ibuku, tapi saat ini aku malah menuruni sifat buruknya. Mengalaminya sendiri membuatku lebih mudah memaafkannya.”

“Tapi Mas, dari apa yang aku tangkap, sepertinya ibu Mas sangat menyayangi Siska. Dia bahkan memintaku meninggalkan mas karena Siska sedang hamil.” Ucapan bu Ningrum tadi masih terngiang-ngiang di telingaku.

Tedi kembali tertawa, entah bagian mana dari kata-kataku yang menurutnya lucu. “Menurutmu seperti itu?”

Aku mengangguk cepat, “aku bahkan sempat tersinggung akan kata-katanya yang menyinggung orang tuaku.”

“Sebaiknya kamu lihat saja sendiri.” Tedi bangun dan mengulurkan tangannya ke arahku, “ikut aku.”

“Ke mana?” tanyaku bingung.

“Ke rumahku.”

Aku menerima uluran tangannya. Kami berjalan bergandengan tangan keluar dari cafe tempat kami berbincang sesaat lalu.

“Di mana kamu memarkirkan mobilmu Al?”

“Di dekat rumah Mas. Maksudnya sisa-sisa rumah orang tuaku.”

“Kamu kesini satu mobil dengan wanita itu?”

Aku mengangguk, “dia yang minta.”

Setelah sampai di tempat parkir, Kami segera masuk ke dalam mobil Tedi. Tedi membukakan pintu untukku. Aku duduk di depan, di samping Tedi yang duduk di balik kemudi.

“Mas, sudah berapa banyak wanita yang duduk di sini?” tanyaku seraya menepuk kursi tempat aku duduk.

“Kamu yakin ingin tahu jawabannya?” tanyanya. “Kamu akan cemburu jika mendengarnya.”

“Kalau begitu lupakan,” jawabku cepat.

Tedi tertawa. Ia mengacak-acak rambutku yang sudah ku sisir rapi.

“Bagaimana kalau pertanyaannya aku ganti. Emmm apa bu Ningrum menyayangi Mas? Maksudnya apa dia seperti ibu tiri yang kejam seperti di novel-novel, yang hanya mencintai harta ayah mas saja?”

“Hahahaha ... Kamu tahu, aku tidak pernah peduli akan hal itu Al. Usiaku sudah cukup dewasa saat wanita itu masuk ke rumah kami. Aku tidak mengemis agar dia menyayangiku. Aku juga tidak peduli kalau dia hanya mencintai harta ayahku. Dia bisa mengambil apa pun yang dia mau, asalkan dia tidak mengusik hidupku.”

“Jadi, hubungan seperti apa yang kalian jalani selama ini Mas?”

“Menurut kamu?”

“Kenapa Mas selalu menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan?”

Bukannya menjawab, Tedi malah tersenyum seraya menggelengkan kepala.

Manis. Batinku.

Sekitar 40 menit berkendara, akhirnya kami sampai di halaman rumah Tedi. Ini adalah kali kedua aku menginjakkan kakiku di sini.

Pernikahan Pasangan Populer (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang