Hari sudah siang, namun aku masih rebahan di atas tempat tidur dengan bergelung selimut. Semalam Tedi membawaku kesini. Sebuah hotel yang terletak di pusat kota.
Pagi tadi usai sarapan, Tedi berpamitan padaku untuk pergi membelikanku pakaian ganti. Semalam, kami menghabiskan waktu bersama di sini.
“Kamu sebenarnya kenapa Al?” tanya Tedi begitu kami sampai di kamar ini semalam. “Waktu makan malam, kamu terlihat tidak fokus dan lebih banyak diam. Kamu kenapa?”
“Mas kenapa tidak bilang kalau Siska sedang hamil?”
“Memangnya harus aku membicarakan wanita itu?”
Aku menatap mata Tedi, “mas, Siska hamil sudah lima bulan, sedangkan kalian baru menikah beberapa minggu yang lalu. Bukankah itu berarti kalau kalian sudah ... Kalian sudah melakukannya sebelum menikah kan?”
Tedi menatapku tidak mengerti.
“Kamu bohong mas ... Kamu bohong ....” aku memukul-mukul dada Tedi. “Kamu bilang hubungan kalian tidak sejauh itu ... Aku pikir kamu tidak melakukannya dengan Siska. Ini memang salahku. Harusnya aku tahu tidak mungkin kalian tidak melakukan itu.”
“Kamu bicara apa sih Al?”
“Aku cemburu mas! Aku cemburu membayangkan apa yang telah kalian lakukan sehingga Siska bisa hamil!”
Tedi terbahak mendengar ucapanku. Dan hal itu sukses membuatku malu setengah mati. Bahkan kepada Andi pun aku tidak pernah mengakui kalau aku cemburu. Namun kenapa aku bisa begitu terpengaruh oleh laki-laki yang bahkan tidak mempunyai hubungan apa-apa denganku.
Tedi membawaku ke dalam pelukannya. Ia mengusap rambutku.
“Apa yang ingin kamu dengar Al?” tanyanya.
“Kebenaran.”
“Baiklah.” Tedi merenggangkan pelukannya. “Aku dijebak Al. Seseorang memberikan obat perangsang pada minumanku sehingga aku berbuat yang tidak-tidak pada Siska. Setelah itu Siska hamil, dan ibu memaksaku untuk menikahinya.”
“Siapa?” tanyaku penasaran.
“Hari itu di rumah hanya ada ibu dan asisten rumah tangga kami.”
“Tapi waktu itu mas bilang, mas menikahi Siska karena masakannya enak.”
“Hari itu kita belum terlalu dekat sehingga aku harus membuka diri pada orang yang tidak aku kenal.”
“Apa sekarang mas merasa kita sudah dekat?”
“Apa ini tidak kurang dekat?” tanya Tedi seraya menarikku lebih dekat.
Aku kembali menjauhkan diri dari Tedi, “mas yakin di minuman itu ada obat perangsang?”
“Aku bukan orang lugu yang tidak tahu itu apa Al. Aku memang sering berhubungan dengan beberapa wanita, tapi aku bukan seorang pemerkosa yang akan memaksa jika wanita itu menolak Al.”
Ya, aku ingat Tedi pernah mengatakan itu.
“Jadi menurut mas, Siska sendiri yang memasukkan obat itu ke dalam minuman mas?”
“Itu masuk akal bukan? Dia bisa saja menolak saat itu. Minimal menendangku atau berteriak. Tapi tidak dia lakukan.”
“Lalu kenapa Siska datang ke rumah mas?”
“Dia memang sering datang ke rumahku, bertemu ibuku. Sudah ku bilang bukan, kalau dia bekerja di restoran milik ibuku?”
“Jadi untuk yang satu itu mas jujur?”
Tedi mengangguk.
“Ehm ... Setelah menikah, apa mas ... Apa mas pernah itu?” tanyaku ragu.
“Menggauli Siska?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Pasangan Populer (TAMAT)
RomanceAlya dan Andi yang sudah berpacaran semenjak SMA memutuskan untuk menikah setelah lulus kuliah. Bagaimana mereka menjalani kehidupan rumah tangganya?