Part 20 Siapa Pelakunya?

103 9 0
                                    

“Kamu sudah pulang Al?” seseorang menyapaku dari arah belakang.

Aku menoleh ke arah sumber suara. Andi berjalan menghampiriku. Penampilannya sangat kusut. Ia tersenyum ke arahku.

“Kok diem di teras? Ayo masuk.”

Andi membuka handle pintu. Dan tanpa sengaja aku melihat tangannya. Ada noda bercak merah di tangannya. Aku melihat takut ke arahnya. Mungkinkah kalau Andi adalah pelakunya. Noda merah di tangan Andi sama dengan warna cat di pesan ancaman yang tadi aku terima.

“Ehm, Ndi tangan kamu kenapa?” Tanyaku gugup.

Andi melihat tangannya sendiri, “kenapa? Maksud kamu ini?” Andi menunjuk ke arah noda merah yang menjadi pusat perhatianku. “Ini hanya cat Al, tenang saja, aku tidak apa-apa kok.”

“Cat?” tanyaku semakin gugup.

“Iya. Tadi aku membantu mbak Tati ngecat rumahnya.”

“Oh ....”

Aku memandangi punggung Andi yang berjalan masuk ke dalam rumah. Ada perasaan takut menyelimuti. Jika Andi adalah penulis pesan ancaman itu, berarti ia sudah tahu tentang hubungannya dengan Tedi. Tapi mengapa ia bersikap biasa saja? Atau itu hanya akting?

Dan kecurigaanku bertambah karena Andi tidak menanyakan kemana barang-barangku. Benar, jika Andi pelakunya, sudah pasti dia tahu kalau barang-barangku sudah terbakar bersama dengan meledaknya mobil Tedi.

“Kok malah melamun Al? Ayo masuk.”

Dengan ragu, aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah yang entah mengapa terasa seperti rumah hantu, horor.

“Ibu kemana Ndi?”

“Ibu? Mungkin di rumah mbak Dini.”

Ada perasaan takut membayangkan aku hanya berdua saja dengan Andi di rumah.

“Aku mau nengok dulu mbak Dini ya Ndi.” Aku langsung berlari menuju ke rumah mbak Dini tanpa menunggu persetujuan dari Andi. Tujuanku sudah jelas, menghindari berdua saja dengan Andi di rumah.

Aku berdiri mematung di depan gerbang rumah mbak Dini. Tidak tahu maksud dan tujuan datang ke sini. Tiba-tiba seseorang dari arah belakang menepuk pundakku. Membuatku terlonjak kaget.

“Tante, tante kenapa diam di sini? Masuk aja tan.” Rupanya itu adalah Alam.

“Eh, iya Lam, ini tante baru saja mau masuk.”

Alam membukakan pintu gerbang untuk kami. Ia mendorong sepeda motor yang tadi ia kenakan demi untuk membersamaiku yang berjalan kaki.

“Pulang sekolah Lam?”

“Iya tante.”

“Kamu sekarang kelas berapa?”

“Kelas sebelas tante, tante kan udah tahu, masa lupa.”

Ah iya, karena kegugupanku, aku jadi tidak tahu apa yang aku bicarakan.

“Tante ....” Alam berhenti dan mengamati sekitar, ia kemudian berbicara pelan, “soal yang waktu itu gimana?”

“Yang mana?” otakku benar-benar buntu, tidak bisa dipakai untuk berpikir.

“Waktu itu kan Alam minta bantuan tante untuk menghentikan kegilaan papa, tante sudah mendapat petunjuk?”

Ah iya, aku ingat sekarang, “ehm ... Belum Lam, tapi sepertinya papa kamu bersih.”

Bersih dalam artian tidak mempunyai selingkuhan. Aku yakin Alam mengerti. Aku tidak mungkin mengatakan pernah melihat papanya bercumbu dengan seorang gadis di restoran. Aku tidak mungkin membocorkan rahasia mas Ridwan sementara mas Ridwan menyimpan rapat rahasiaku.

Pernikahan Pasangan Populer (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang