Part 7 Pria Licik

177 13 0
                                    

“Al ... Hei ... Al.” Tedi mengibaskan tangannya di depan wajahku.

“Eh iya, kenapa pak?”

“Sudah aku bilang, kalau di luar tidak usah panggil pak, panggil mas aja.”

Aku melihat ke sekeliling. Ah benar, tadi Tedi mengajakku makan siang bersama. Sekarang kami berada di sebuah restoran tak jauh dari kantor.

“Maaf mas, tadi aku lagi gak fokus.”

“Kamu ada masalah apa?”

Aku menimbang-nimbang, haruskah aku menceritakan kepada Tedi perihal rumah tanggaku. Tapi kalau Andi tahu, nanti pasti dia marah. Dia paling tidak suka kalau urusan rumah tangga kami diketahui orang lain.

“Kamu boleh saja tidak menceritakan masalah kamu sama aku, asal masalah kamu itu tidak mengganggu pekerjaan.”

“Ehm ... Sebenarnya Andi minta aku resign mas.”

“Kenapa?”

“Dia meminta aku membantu kakak perempuannya yang baru melahirkan mengurus bayinya.”

“Terus, kamu jawab apa?”

“Aku bilang kalau Andi bisa menghasilkan uang lebih banyak dari gaji aku perbulannya, aku akan resign.”

“Oh ... Kalau begitu aku tidak perlu khawatir untuk segera mencari sekretaris baru.”

“Maksud mas?”

Tedi hanya tersenyum. Nampak tidak akan mencoba menjawab pertanyaanku.

“Oh iya Al, nanti malem aku minta kamu temenin aku meeting sama klien dari luar kota. Bukan urusan kantor sih, tapi kebetulan dia sedang ada di sini, aku hanya ingin menjamunya saja.”

Aku mengangguk, “iya mas.”

Awalnya aku bingung, mengapa Tedi menjadikanku sekretarisnya sementara di kantor sudah ada sekretaris yang mengurusi semua schedule Tedi. Namun saat aku menanyakannya pada Tedi, dia bilang kalau sekretaris yang satunya itu tugasnya mengurusi internal kantor, sedangkan aku bertugas mengurusi eksternal kantor. Tapi aku merasa tidak pernah melakukan apa-apa selain menemaninya meeting dengan klien.

Walaupun menjadi sekretaris tidak sesuai dengan jurusanku ketika kuliah, aku tetap menjalani profesi ini. Karena selain kerjanya mudah, gajinya juga lumayan besar.

“Sudah siap Al?”

Aku melihat jam di tangan, sudah jam pulang kantor. “Siap pak.”

“Kita naik mobil aku aja.”

Aku mengangguk.

Mobil keluar dari area perkantoran menuju ke jalan utama. Macet dimana-mana. Semua orang nampak terburu-buru untuk segera sampai di tujuannya masing-masing. Bunyi klakson saling bersahutan memekakkan telinga.

Setelah satu jam berada dalam kemacetan, akhirnya mobil berbelok dan masuk ke dalam basement sebuah mall. Tedi memarkirkan mobilnya di sana.

“Kok kesini mas?”

“Kita beli baju dulu buat kamu, sekalian ke salon.”

“Memangnya baju aku yang ini kenapa?” Aku melihat pakaian yang ku kenakan, rasanya tidak ada yang salah.

“Tidak apa-apa, kamu tetap cantik kok pakai baju apa aja. Apalagi kalau tidak memakainya.” Senyum menyeringai dari Tedi.

“Eh.”

“Becanda Al. Aku mau beliin kamu gaun malam.”

“Oh gitu ... Oke.”

***

Pernikahan Pasangan Populer (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang