Part 30 Kenapa Kamu Tidak Pernah Mencintai Aku, Mas?

108 8 0
                                    

[Apa yang kalian bicarakan?]

Sebuah pesan masuk ketika aku baru saja masuk ke dalam rumah. Benar, pria itu telah melapor kepada Tedi. Terbukti dengan adanya pesan masuk darinya sesaat setelah aku pulang bertemu dengan Siska. Apa yang harus aku katakan padanya?

Ponselku berdering, sebuah panggilan telepon masuk dari Tedi. Sepertinya dia tidak sabar menungguku menjawab pesannya.

“Halo,” ucapku ketika sambungan telepon terhubung.

Bagaimana keadaanmu Al?” Tanya Tedi di seberang sana.

“Aku baik-baik saja, maaf mas, baru saja aku mau membalas pesan dari mas, tapi mas sudah nelpon.”

Tedi terkekeh, “jadi, apa yang kalian bicarakan?” tanya Tedi.

“Bukan sesuatu yang penting, hanya obrolan basa-basi sesama teman yang sudah lama tidak bertemu.”

Kamu yakin Al? Apakah ada sesuatu yang kamu sembunyikan?”

“Ti-tidak ada mas, kenapa mas bertanya seperti itu?”

Hening.

“Mas?”

Ya sudah, aku tutup teleponnya ya Al. Sekarang aku ada meeting.

“Baiklah. Bye.”

Bye.”

Ada apa dengan Tedi? Tidak biasanya dia berbicara sesingkat itu. Apa mungkin dia tahu kalau aku sedang berbohong?

***

Tedi mengembuskan nafas kasar. Ia merasa ada sesuatu terjadi pada Alya. Dia sangat gugup. Apakah seseorang tengah mengancamnya? Tapi jika demikian, pasti body guard yang ia sewa untuk menjaga Alya akan mengatakannya.

Siska! Siska pasti tahu sesuatu.

Tedi meraih jasnya yang ia gantung di stand hanger dan segera keluar dari ruangannya.

“Ayu, tolong kosongkan schedule hari ini. Saya ada urusan penting,” ucap Tedi ketika melewati meja kerja sekretarisnya.

Belum sempat Ayu memberikan jawaban, Tedi sudah pergi. Bukan kali pertama bagi Ayu harus menjadi tameng bagi Tedi. Ia harus merelakan dirinya menjadi sasaran kemarahan klien yang meetingnya di cancel sepihak. Jika saja bukan karena gaji yang besar, Ayu sudah ingin resign saja dari kantor ini.

Ayu sadar, bosnya itu sedang dalam masalah besar. Ayu bukan tidak tahu mengenai hubungan bosnya tersebut dengan Alya, namun ia lebih memilih untuk menutup mata.

Tedi mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Ia sudah tidak sabar untuk sampai ke rumah. Sikap Alya sangat mencurigakan. Ini pasti ada hubungannya dengan Siska.

Sesampainya di rumah, ia segera masuk setelah memarkirkan mobilnya dengan asal. Satu tempat yang menjadi tujuannya saat ini adalah kamar Siska. Ya, Tedi dan Siska memang tidur terpisah.

Tedi membuka pintu kamar Siska tanpa mengetuknya terlebih dahulu, ia mendapati Siska tengah berbincang dengan asisten rumah tangga mereka di atas tempat tidur.

“Apa yang sedang kalian lakukan?” pertanyaan Tedi seketika membuat mereka terkejut. Sang asisten rumah tangga segera turun dari kasur Siska dan pamit untuk kembali bekerja.

“Kalian sepertinya sangat akrab ya?” tanya Tedi begitu sang asisten rumah tangga pergi.

“Ah itu ... Bu Elin hanya menceritakan tentang masa-masa kehamilan mas. Dia—“

“Aku tidak peduli!” Potongnya. “Katakan, tadi kamu habis bertemu Alya kan?”

“Mas tahu? Pasti Alya yang cerita ya?”

“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Tedi.

“Ah itu ... Kami hanya membahas masalah ... Biasa lah mengenang masa-masa kami sekolah dulu.”

Tedi mendekat ke arah Siska, dia mengeratkan jari-jari tangannya pada kedua pipi Siska, “jangan bohong! Kamu tahu aku tidak suka pembohong!”

“Mas sakit mas, tolong lepaskan.”

Tedi melepaskan tangannya dengan kasar, membuat Siska sedikit terhuyung.

“Baiklah aku mengaku mas.” Tedi memusatkan perhatiannya pada Siska. “Alya ... Alya sudah menceritakan semuanya padaku mas.”

“Apa? Menceritakan apa?” tanya Tedi.

“Tentang hubungan kalian,” jawab Siska takut-takut.

“Oh ... Jadi kamu sudah tahu, baiklah.” Baru saja Tedi akan pergi, Siska menghentikan langkahnya.

“Alya hanya menginginkan harta kamu mas! Alya mengatakan semuanya padaku. Dia akan meninggalkanmu dan hidup bahagia bersama Andi setelah mendapatkan apa yang dia mau.”

“Apa?” tanya Tedi sedikit menyentak.

“Tadinya aku tidak mau menceritakan semua ini mas, tapi—“

“Apa untungnya bagi Alya menceritakan rencananya padamu?”

“Dia hanya tidak ingin aku salah paham. Dia tahu aku sangat mencintai mas. Aku tak masalah dia mengambil semua harta mas, aku ikhlas harus hidup susah asalkan tetap bersama mas.”

“Sejak sekolah dulu Alya memang populer, dia selalu mendapatkan apa pun yang dia mau dengan mudahnya. Hal itu menjadikan Alya menjadi wanita ambisius yang akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya mas.”

Tedi mendekat kembali ke arah Siska, “lalu kenapa kamu mengatakan semua ini kepadaku Siska?” desisnya. “Bukankah dia sahabatmu? Seharusnya kamu menjaga rahasia sahabat kamu!”

“Dia memang sahabat aku mas, tapi kamu adalah suami aku!”

“Suami? Hahahaha ... Aku hanyalah ayah biologis dari bayi yang kamu kandung. Jangan terlalu berharap lebih dariku Siska!”

Tedi pergi meninggalkan Siska begitu saja. Ia bahkan membanting pintu kamar Siska dengan kencang membuat orang yang berada di dalamnya terlonjak kaget.

“Kenapa kamu tidak pernah mencintai aku mas.” Siska bermonolog. Air matanya mengalir begitu saja.

Pernikahan Pasangan Populer (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang