Tentang Michael yang tampan, sombong, pemarah, kasar, dan kaya. Lalu tentang Laras yang cantik, baik, sabar, lembut, dan miskin. Laras hanya pembantu, sementara Michael adalah majikannya.
Sebenarnya, Michael yang kasar hanya seonggok manusia rapuh b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rambut sudah dipotong, menyisakan kulit kepala yang samar-samar terlihat karena rambut amat pendek. Hanya tersisa rambut-rambut halus berukuran setengah atau 1 senti saja. Namun, mengapa memangkas hampir habis demikian? Untuk penyamaran? Bukan. Untuk sedikit demi sedikit membuang diri yang menyedihkan.
Kembali menutup kepala dengan kupluk hoodie, kemudian Michael mengenakan masker untuk menutupi wajah yang hampir selalu pucat pasi. Membayar jasa kakek pemangkas rambut sebelum bersegera pergi.
Michael berjalan di trotoar, melihat keadaan jalan raya yang penuh sesak kendaraan dan polusi. Di 30 meter depan, melihat sebuah warteg. Ia lekas ke sana agar perutnya dapat terisi.
Setelah tiba dan memasuki warteg yang ruangannya agak gerah walau dipasangkan kipas, Michael menelaah sejenak makanan-makanan yang diatur di etalase. Benar-benar makanan yang nyaris tidak pernah ia makan dalam hidupnya.
"Pesen apa, Mas?" Seorang wanita penjaga warteg bertanya.
"Saya bingung, terserah Mbak aja." Michael menjawab lamban dan agak datar.
Mbak tersebut menurut, segera mengambilkan nasi campur terspesial yang warteg itu punya untuk si pembeli.
Selama menunggu pesanan, Michael duduk di depan etalase warteg. Mengistirahatkan kedua tangan di atas meja dengan wajah masih tertutupi masker. Lalu, ia mengeluarkan ponsel dari saku hoodie. Ingin mengecek sudah ketambahan berapa koleksi panggilan tak terjawabnya.
"Banyak juga." Ia menyeringai di balik masker hitamnya.
"Silakan, Mas." Mbak warteg datang, menyuguhkan pesanan Michael di atas meja.
"Makasih."
Kemudian, kembali fokus pada ponsel. Menyadari panggilan tak terjawab didominasi oleh Mamanya, Kaisar, Laras, dan semua pembantu yang ikut mencoba menghubunginya. Ada juga panggilan tak terjawab dari Abigail dan beberapa teman kampusnya. Pesan chat? Sangat banyak. Alih-alih terharu atau terenyuh, Michael tidak merasakan apa-apa.
Michael mengambil sendok dengan tangan kanan sedang ponsel pada tangan kirinya. Mau mencoba bagaimana rasa nasi campur ala warteg sederhana. Ia membuka masker, menyuapkan nasi beserta lauk-pauknya ke mulut, lalu mengunyah. Ternyata, tidak buruk juga.
Setelah itu, atensinya kembali pada ponsel. Melihat pesan Abigail di sana. Teringat gadis manja sedikit pemarah itu, Michael merasakan hangat. Namun kemudian, rasa sakit dan tak pantas untuk siapa pun menggaruk dadanya.
Ia ingin menyudahi semuanya dengan Abigail.
______________
Michael Dante Abby sayang, Abby cantik.. Maafin aku. Aku banyak salah ke kamu. Aku gak bisa bahagiain kamu, karena aku bahkan gak bisa bahagiain diriku sendiri..