32. Trembling

3.1K 339 105
                                        

Pukul 4 sore, Michael baru tiba di apartemen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 4 sore, Michael baru tiba di apartemen. Hari ini ditemani Bang Didi, ART berusia 37 tahun. Si ART tengah berada di balkon ketika Michael masuk. Ia membiarkan, kemudian berjalan menuju saklar lampu, hendak menyalakan lampu hias sebab cuaca sedikit mendung. Awan kelabu bergulung-gulung, sesekali terdengar suara guntur. Agaknya hujan akan turun.

Tidak menyala. Michael menengadah menatap lampunya. "Kok gak nyala, sih?" gumamnya. Lantas, berjalan menuju balkon untuk menghampiri Bang Didi yang sibuk menyapu lantai.

"Bang Didi," panggil Michael dari ambang pintu.

Bang Didi menengok. "Eh, Tuan. Udah pulang?" sahutnya ramah.

"Bang Didi, liatin lampu, dong." Michael menunjuk lampu gantung ruang tamunya. "Udah aku nyalain, gak nyala-nyala," keluhnya pada Bang Didi.

Bang Didi menatap serius si lampu gantung dari balkon ini, lantas segera masuk hingga ruang tamu, tempat lampu tersebut berada. Michael mengekori di belakang.

Bang Didi menghampiri tempat saklar, mencoba-cobanya sebagai usaha pertama. Namun sebagaimana yang Tuannya sampaikan, lampu itu tidak menyala. Ia pun berinisiatif mengambil tangga lipat aluminium di gudang apartemen. Benda itu biasa digunakan saat mengganti lampu, mengecat tembok, atau meraih sesuatu yang sulit dijangkau.

Michael membiarkan ART-nya bekerja. Ia ke dapur saja, membuka kulkas dan melihat adakah yang dapat diseruput atau dikunyah? Sedikit kesal juga karena Jayson tadi sedikit berulah.

"Dasar Jayanjing gak tau diri, apes aja sok-sokan," dengusnya kesal di depan kulkas.

"Bukannya mikirin bahan skripsi, malah judi terus di pikirannya," gerutu Michael lagi sambil menatap sekotak besar susu UHT.

Michael sudah malas sekali berurusan dengan Jayson. Ia pun sudah bosan bermain judi, menurutnya itu tak berguna. Bukan karena takut kehabisan uang, tetapi karena keinginan dan minat sudah lenyap. Mungkin Michael sudah bertaubat seperti apa yang selalu Rifky, teman sekelasnya yang mata duitan itu harapkan.

Ia mengeluarkan sekotak besar susu UHT full cream dan sekotak sereal dari dalam kulkas. Meletakkan keduanya di atas meja dapur, lalu membuat sereal sorenya di sana. Setelah selesai, ia bawa semangkuk sereal itu ke ruang tamu karena mau menonton pekerjaan Bang Didi pada si lampu bermasalah.

"Aakh!"

Sebuah jerit kesakitan terdengar. Beberapa detik kemudian, mangkuk yang Michael pegang terjatuh ke lantai. Pecah, isinya bertumpahan.

Manik Michael sontak terbelalak. Mulutnya terbuka, jantungnya kontan berdebar tak waras, ditambah tubuh yang seketika kaku mematung lantaran syok hebat.

Langkah kaki Michael termundur dan hampir jatuh. Pinggul menabrak pelan ujung bufet, sehingga tangannya langsung menggenggam pinggiran bufet supaya kaki lemasnya tak terjatuh.

Bibirnya bergerak ingin mengucap sesuatu. Namun, lidahnya kelu, rahangnya kaku, tak dapat berujar apa pun. Suara tercekat di ujung tenggorokan, sulit sekali untuk sekadar mengeluarkan satu kata.

UNSTABLE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang