Minta votenya dulu ya, beb. Ini bukan bab revisian, tapi benar2 bab yg baru dibuat hihi. Makasih ya😘💜
.
.
.
.
.
"Sebenarnya kamu itu bisa gak sih urus Michael? Kamu gak izinin saya dekat sama dia, tapi kamu sendiri gak becus jagain dia. Pertama, dia mau bunuh diri. Sekarang, saya dapat kabar lagi katanya dia hampir celaka di apartemennya gara-gara lampu jatuh. Terus, sampai sekarang dia belum ditangani sama dokter kejiwaan?"
"Poin kedua bukan salah saya, Krisna. Itu musibah! Masalah berobat, saya udah pernah bujuk, tapi dia belum mau. Kita juga gak bisa maksa kalau dianya belum mau atau belum siap. Dia yang berhak menentukan kapan mau berobat."
"Tetap salah kamu! Kalau Michael gak stres, dia gak akan cari suasana baru dengan pindah ke apartemen sendirian, dan kejadian itu gak akan ada. Dia gak bakal mau bunuh diri karena depresi berkepanjangan. Sekarang, dia gak mau berobat. Pasti karena dia gak pede, malu, atau apalah. Ke mana aja sih kamu? Gak becus jadi ibu!"
"Kamu kira kamu becus jadi bapaknya?! Kalau kamu gak bejat, Michael gak akan kekurangan perhatian kayak sekarang. Kita bisa sama-sama besarin dia meski sama-sama sibuk. Kita bisa tolong-menolong, tapi kamu malah jadi bajingan tukang selingkuh!"
"Gak usah bawa-bawa masa lalu, deh. Kamu pikir siapa yang tahan sama kamu yang egois ini, Irma? Sekarang ngomong 'kita', dulu mana pernah dengerin saya sebagai suami kamu? Lagian saya ke sini mau bicarakan tentang anak saya. Kamu dapat hak asuh, tapi gak benar jadi ibu! Gak usah melenceng ke mana-mana!"
Itu hanya salah lima dari potongan perdebatan sengit panjang antara Irma dan mantan suaminya, Krisna. Perdebatan klasik ala orangtua yang gagal mengurus anak. Cuma satu, tetapi repotnya seolah membesarkan 100 anak.
Pria paruh baya berpenampilan rapi itu datang ke gedung PT. Saint Resource tanpa diundang beberapa jam silam. Khusus menemui Irma yang tengah bekerja. Marah-marah dan merasa berhak untuk mengamuk pada sang mantan istri atas nama anaknya.
Lalu sekarang, Krisna sudah sampai di depan gedung Fakultas Teknik Universitas Binareksa. Datang sendiri dari Surabaya, bermodal rasa sayang yang mungkin sudah agak basi, tetapi mencuat kembali ke permukaan karena walau bagaimanapun Michael tetap anaknya, yang kerap ia pikirkan meski hampir tak pernah lagi berhubungan.
Setelah bertanya pada sekitar, mencari sendiri dengan mata, dan informasi tambahan lain, Krisna menemukan Michael duduk berdua dengan seorang gadis di bangku panjang dekat lapangan luas sebelah gedung fakultas. Pria berkemeja necis itu pun berjalan mendekat.
Di sisi lain, Michael yang sedang duduk dengan pacar barunya alias Laras, tengah menikmati semangkuk bakso yang dua-duanya tak terlalu pedas, tapi amat segar.
Belum ada yang tahu mereka berpacaran, padahal sudah 3 minggu berjalan. Laras yang meminta. Katanya, masih malu dan tak mau memalukan. Michael sebenarnya tak masalah. Ia masa bodoh bila sudah tentang sesuatu yang dicinta, tetapi karena menghargai kekhawatiran Laras, ia menuruti gadisnya. Merahasiakan hubungan hingga saat yang tepat.
"Mike... Michael."
Yang merasa terpanggil pun menoleh ke kanan, berbarengan dengan Laras di sebelahnya. Sama-sama melihat.
"Papa?" Michael kaget bukan kepalang sampai mata memelotot lebar. "Ngapain... ngapain di sini?" tanyanya kebingungan, lantas berdiri dari bangku panjang.
Laras kaget juga. Baru kali ini melihat ayah Michael secara langsung, setelah diceritakan oleh ART lain secara sekadar saja. Tidak banyak yang ia tahu karena itu urusan keluarga yang bahkan Michael sendiri belum pernah menceritakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSTABLE ✔️
Ficción GeneralTentang Michael yang tampan, sombong, pemarah, kasar, dan kaya. Lalu tentang Laras yang cantik, baik, sabar, lembut, dan miskin. Laras hanya pembantu, sementara Michael adalah majikannya. Sebenarnya, Michael yang kasar hanya seonggok manusia rapuh b...
