27. Literally The Last

2.9K 347 235
                                        

Abigail Florencia dan Michael Dante Naderanputra sudah tidak berada dalam satu ikatan asmara sejak 2 bulan lalu. Mereka tak lagi punya komitmen bersama, tak lagi punya tujuan bersama, tak lagi punya hak atas satu sama lain. Michael sudah terbebas dari Abigail, dan Abigail sudah terbebas dari Michael.

Namun rupanya, Abigail ingin punya komitmen dan tujuan bersama lagi dengan Michael.

"Kamu dimana? Aku udah sampai dari 15 menit yang lalu, tau!" Si gadis mengomel sebal.

"Iya, bentar. Ini udah di parkiran. Kamu di Marugame, kan?"

"Iya."

"Oke. 5 menit."

"Hm."

Setelah terlambat 2 menit menjadi 7 menit, akhirnya lelaki itu sampai juga. Masih mengenakan pakaian formal karena baru berurusan dengan kantor, ia mendudukkan dirinya di depan Abigail.

"Mau pesen apa kamu?" Abigail bertanya.

"Terserah kamu aja, pilihin yang enak." Pemuda bersetelan hitam-hitam itu menjawab.

Michael itu memang rumit, tapi selera makannya tidak pernah rumit. Tidak pernah pilih-pilih makanan sejak kecil, dan sering sekali menggunakan kata 'terserah' atau 'apa aja yang ada' jika ditanya ingin makan apa.

Setelah memesan, sekarang waktunya menunggu. Abigail sudah tidak sabar lagi. Bukan menunggu makanan, tapi menunggu jawaban.

Hari ini adalah hari Sabtu, tepatnya pukul 8 malam, tepatny lagi 3 hari setelah perbuatan terbaru mereka.

"Jadi... gimana, Mike? Jawaban kamu."

Michael menghela napas, berdeham, lalu menatap gadis yang ada di depannya. "Well, aku udah mikirin selama 3 hari ini," bukanya perlahan, "dan jawabannya... aku gak bisa lagi." Ia menandaskan.

Tak ayal ekspresi Abigail memurung. "Kenapa? Kamu udah punya pacar baru, ya?" Tanyanya pelan, ada kerutan samar di dahinya.

Ditanya seperti itu, Michael teringat Laras dan ciuman mereka di mobil 3 hari silam. Lantas di hari itu juga, Michael melakukan hubungan badan dengan Abigail.

Untuk pertama kalinya, Michael merasa dirinya amat brengsek. Seumur-umur, tak pernah terlibat sesuatu seperti ini karena sebelum Abigail, tidak punya hubungan spesial dengan wanita mana pun setelah peristiwa meninggalnya Bintang. Boro-boro memikirkan perempuan, bergaul saja tidak terlalu minat. Sibuk terpuruk dengan trauma dan depresi hingga akhirnya duduk di bangku kuliah dan ditembak Abigail.

"Bukan karena itu."

"Terus?"

"Karena aku gak bisa lagi, By."

"But we did it again 3 days ago." Abigail mulai ingin menangis rasanya.

Michael menghela napas, "Because you begged for it, so I gave it." Sahutnya pelan.

"Kamu nyalahin aku?!"

"Enggak, By." Michael menggeleng pelan, "Aku gak bermaksud nyalahin kamu, aku juga salah gak bisa tahan diri. Tapi aku bener-bener lagi gak bisa jalanin hubungan yang serius, By... aku udah sering bilang."

"Tapi kita udah..."

"Iya, aku tau. Justru itu, aku takut hal itu terjadi lagi. Aku gak mau sampai jadi laki-laki jahat yang gak bisa serius, tapi mau tetap bertahan demi mengejar kepuasan-kepuasan sesaat. Aku gak mau kayak gitu, By," jelas Michael baik-baik.

UNSTABLE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang