.........
"Hallo, By."
"Hallo, Mike. Kamu dimana? Aku udah di depan apartemen kamu."
"Hm? Udah di depan?"
"Iya."
"Ya udah, bentar. Aku bukain dulu."
"Iya."
Lelaki itu pun beranjak dari meja makan. Meninggalkan nasi gorengnya yang baru habis setengah. Menyisakan Laras yang matanya terus memandangi Michael menjauh, menuju pintu depan demi tamunya.
"Mike." Abigail memanggil manja seraya memeluk lelaki yang baru saja membukakan pintu. "Miss you so much," katanya lagi sambil mendekap dan didekap.
"Kenapa, By? Kok tiba-tiba?" Michael bertanya sambil melepas pelukan.
Laras yang memandang adegan itu rasanya seperti disiram dengan seember air. Seketika merasa tak ada harganya di mata lelaki itu. Tentu saja, memang siapa dirinya?
"Mbak Abby tau apartemen ini. Berarti Tuan sendiri yang kasih tau... karena apartemen ini yang tau cuma orang-orang yang diizinkan sama Tuan." Hati gadis itu bicara, terus melihat aktivitas mereka yang sedang menuju ruang tamu.
Mengapa ia harus sesedih ini? Michael itu siapa? Pacarnya? Gebetannya? Michael itu ma-ji-kan-nya. Tak semestinya Laras merasakan perasaan seperti ini.
"Laras!" Michael agak mengeraskan suara.
"Ya, Tuan?"
"Kalau udah selesai makannya, bikinin minum!"
"Iya, Tuan!"
Mau Michael berpelukan dengan Abigail, mau mereka masih saling menyayangi, bahkan jika mereka berbalikan sekalipun, tidak ada urusannya dengan Laras. Michael berhak menjalin hubungan dengan Abigail atau wanita mana pun yang ia inginkan.
Akan tetapi, perasaan Laras malah lancang, seolah Michael kekasih yang ia lihat berselingkuh di depan mata.
Namun sesuai perintah, Laras menghabiskan nasi goreng itu dengan cepat tapi tak berselera. Sesekali melirik Michael dan Abigail yang duduk sangat berdekatan di sofa hitam-putih panjang. Yang perempuan memeluk tangan tanpa si lelaki memrotesnya.
"Katanya udah putus, tapi kok gayanya kayak bukan orang yang udah putus?" Sambil membereskan meja makan, sambil bersungut dalam diam.
Di ruang tamu apartemen, Michael dan Abigail duduk bersama dan sangat dempet. Tampak yang perempuan sedang sedih dan hendak bicara suatu topik.
"Mike, Mamaku beneran punya selingkuhan." Abigail berujar lesu dan manja.
"Kamu tau dari mana? Siapa tau fitnah." Michael merespons cepat.
"Gak, Mike..." Abigail menggeleng sambil menangis, "ada buktinya, foto-foto gitu..."
Michael menghela napas, lalu merangkul bahu mungil itu agak erat. "It's okay, it's okay. Gak usah ditangisin, By. Berarti Mama kamu emang udah gak cinta sama Papa kamu."
"Ih, Mike... tapi kan..."
"Iya, aku ngerti... tapi ya udah, biarin aja. Papaku juga waktu itu selingkuh. Kamu tau, kan?"
"Terus, kamu nangis?"
"Aku ngamuk malah. Terus ya udah, bodo amat. Dia aja jahat sama aku dan Mamaku, ngapain aku mikirin dia? Bikin sakit hati aja." Michael menjabarkan mudahnya saja. Tak mau membagi yang pahit-pahit agar kesedihan Abigail tak bertambah.
Abigail menatap Michael dengan mata basahnya, berusaha mencerna, bersamaan dengan Laras yang membawa dua gelas minuman untuk Michael dan juga tamunya.
Laras melirik dua insan yang sedang bertatapan. Mata Abigail basah, Laras semakin penasaran. Ada apa sebenarnya? Namun, Laras kembali sadar, memang siapa dirinya? Apa kepentingan dan haknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSTABLE ✔️
סיפורת כלליתTentang Michael yang tampan, sombong, pemarah, kasar, dan kaya. Lalu tentang Laras yang cantik, baik, sabar, lembut, dan miskin. Laras hanya pembantu, sementara Michael adalah majikannya. Sebenarnya, Michael yang kasar hanya seonggok manusia rapuh b...
