Tentang Michael yang tampan, sombong, pemarah, kasar, dan kaya. Lalu tentang Laras yang cantik, baik, sabar, lembut, dan miskin. Laras hanya pembantu, sementara Michael adalah majikannya.
Sebenarnya, Michael yang kasar hanya seonggok manusia rapuh b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sudah 2 bulan sejak kejadian itu. Rambut Michael kini sudah tumbuh subur. Semakin indah dan halus, begitu nikmat jika disentuh. Luka di tangan tentu sudah sembuh, walau meninggalkan bekas yang mengingatkan kelabu.
Pemuda itu berdiri sendiri, menikmati embusan angin di balkon lantai 2 fakultasnya yang asri. Baru saja cerah setelah hujan 2 jam, sejuk hawa dibersamai sinar hangat matahari.
Tidak ada teman kampus yang tahu kejadian 2 bulan lalu kecuali Abigail, sebab selalu ia tutup bekas luka dengan jam tangan dan gelang-gelang bagus.
Abigail bertekad untuk menjaga rahasia si mantan kekasih sampai kapan pun. Ia melakukannya demi Michael. Tidak ingin berita percobaan bunuh diri itu tersebar di kampus, terlebih sampai ke telinga-telinga orang seperti Jayson. Abigail tak ingin Michael tertekan karena penilaian orang. Sampai mati ia akan menutupinya.
"Belum mau pulang, Bro?" Kai menepuk pundak Michael. Kebetulan, kelas mereka berdua sangat berdekatan.
Michael menoleh, mendapati pemuda lebih tinggi dan berkulit lebih eksotis darinya. "Gue lagi nungguin lo," balasnya.
Kai tersenyum hampir terkekeh. "Duh, jadi geer," balasnya sok imut.
"Jijik." Michael menukas.
"Mau ngapain nyari gue? Mentang-mentang udah jomblo, nyariin gue. Waktu itu, sama Abby mulu." Kai menggerutu.
Michael mengerling sinis. "Gak usah ngajak ribut."
"Kagak yaelah. Mau ke mana sih, Tuan?" tanya Kai kembali bercanda.
"Gue mau nunjukin apartemen baru gue. Samuel mana Samuel? Udah keluar belum dia?" Michael menengok ke kanan dan kiri.
"Apartemen baru?" Kai mengulangi.
"He'em. Ayo, cepetan ah. Lama lo!" Michael sedikit ngegas.
"Sabar! Gue telfon dulu si Samuel," kata Kai seraya meraih ponselnya.
Kai pun menghubungi Samuel yang entah berada di mana. Di sisi sebelah, saat menunggu Kai yang sedang menelepon, tiba-tiba ponsel Michael berdering pendek di tangan.
___________________ Laras Tuan, saya udah sampai sejak 2 jam yang lalu. Ini abis masak.. udah beres2 juga ___________________
Satu senyuman tersungging otomatis pada bibir Michael.
"Mike." Kai memanggil, membuat Michael mengangkat kepala. "Samuel di parkiran. Udah mau pulang, untung belum."
"Ya udah, kita ke parkiran." Michael lekas melangkah, diikuti Kai. Mereka berjalan menuju parkiran belakang fakultas, menghampiri Samuel yang disuruh menunggu di sana.
Ketika tiba di parkiran, 3 pemuda itu tak membuang-buang waktu, lekas ke mobil masing-masing dan menaikinya. Kai dan Samuel membiarkan Aventador biru Michael memimpin di depan sebagai penunjuk jalan.