21. Brand New Day

3.2K 350 156
                                        

Hanya semalam Michael menginap di rumah sakit, ia diperbolehkan pulang esok siangnya setelah masuk IGD pukul 8 malam. Tentu Michael tidak bisa melanjutkan acara kaburnya lagi karena telah tertangkap. Alhasil, kembali ia pulang ke rumah megahnya di Jakarta Selatan.

Pergelangan tangan kiri masih dibalut perban dan tak boleh basah. Jika luka jahit sudah mengering, baru perban boleh dibuka. Minggu depan disuruh kembali ke rumah sakit untuk kontrol jahitan.

Untuk sementara, Michael belum boleh menggunakan tangan kirinya untuk mengangkat barang-barang berat, supaya luka tidak kembali berdarah, atau yang paling merepotkan adalah terbukanya jahitan.

Atas perintah dan koordinasi Irma, seluruh jenis benda tajam sudah disingkirkan dari kamar dan mobil Michael sebelum pemuda itu pulang dari rumah sakit. Seluruh benda tajam di rumah itu harus langsung disimpan dalam brankas setelah digunakan. Iya, brankas yang biasa dipakai menyimpan uang, kini alih fungsi jadi tempat penyimpanan sajam. Sandi brankas, tentu dirahasiakan dari sang Tuan Muda.

Sebenarnya, tidak terlalu manjur jika dipikir-pikir. Michael kan bisa saja membeli pisau sendiri, atau menggunakan cara lain untuk melenyapkan diri.

 Michael kan bisa saja membeli pisau sendiri, atau menggunakan cara lain untuk melenyapkan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam 9 malam kini, Michael berencana menyeruput anggur untuk sedikit menghilangkan penat. Namun, teringat ia diberikan obat anti depresan dari seorang psikiater di rumah sakit kemarin untuk pertolongan pertama dan belum habis juga. Ia pun berbaik hati untuk menjauhi alkohol, akan meminum obat itu saja—jika tak berubah pikiran.

Michael duduk sendiri di kamarnya. Tidak melakukan apa-apa, hanya menatap keadaan malam lewat kaca jendela. Sudah sejam di posisi itu beserta pikiran-pikiran. Kaisar menemani sejak sore, tetapi beberapa menit lalu meminta izin untuk keluar sebentar.

Jujur, keinginan melakukan bunuh diri lagi sering datang membujuk hati kecilnya, tetapi Michael berusaha tak tergoda. Ingin memberi kesempatan pada hidupnya, pada pikirannya, maukah berbaikan dengan dirinya atau tidak.

Pintu kamarnya terketuk, disusul sebuah suara.

"Mike... ini Mama..."

Kemudian, pintu tak terkunci itu dibuka. Irma mendapati punggung sang putra sedang menghadap jendela. Diam dalam senyap. Wanita itu mendekat, lalu menyentuh pundak lebar anaknya. Merangkulnya, menyapu-nyapu kedua bahu dan lengannya juga.

"Kamu belum makan. Makan, yuk. Udah jam 9," ucap Irma lembut.

"Iya, sebentar lagi," balas Michael cenderung datar.

Irma ikut menatap ke luar jendela, memandang kosong dengan pikiran yang penuh pula. Agak lama mereka diam diri dengan masing-masing lamunan. Yang anak duduk, yang ibu berdiri saja.

Irma memulai pergerakan, ia tundukan kepala. Dilihatnya raut sang putra begitu kosong tanpa rona. Tangannya merayap ke sisi samping kepala sang anak, lalu mengusapnya dengan sayang. Sejurus kemudian, mata wanita itu memanas tatkala makin memperhatikan wajah Michael yang datar nan muram.

UNSTABLE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang