31. Love and Love

3.8K 342 191
                                        

..........

"Saya gak akan marah. Saya janji. Asal kamu jujur karena saya benci pembohong."

Apa iya Laras harus mengaku? Ini kan privasi, tetapi ia sudah terjepit.

"Tapi, Nyonya... saya jangan dipecat," pinta Laras begitu merendah. Ia tatap majikannya penuh permohonan.

"Saya sudah janji sama Michael, tidak akan pecat kamu," respons Irma berwibawa.

Itu melegakan. Sedikit saja. Sebab, Laras tetap harus buka suara. Ia menutup mata sejenak, berbekal kepasrahan, gadis itu mengumpulkan keyakinan.

"Saya... sayang sama Tuan," aku Laras sambil menundukkan kepala.

"Sayang?" Irma mengernyit kaget.

Laras mengangguk pelan.

Malang benar nasib Laras. Meski Irma elegan, keangkuhan itu selalu ada. Ia tidak puas jika tidak mengetahui hingga ke akar-akar hanya karena menjaga perasaan Laras. Sekarang, sudah terjawab.

"Tapi saya gak pernah ngapa-ngapain, Nyonya. Saya gak pernah macam-macam ke Tuan," ungkap Laras lagi, menatap Irma dengan sendu. "Saya cuma mau jadi temannya Tuan. Saya mohon Nyonya jangan pecat saya," mohonnya lembut dengan mata berkaca-kaca.

Menurut Irma, jawaban Michael dan Laras cukup senada dan sepola. Tidak ada bagian janggal yang mencolok pun berbeda.

"Saya gak suka sama perbuatan kalian," tegas Irma pelan, "tapi karena Michael bilang kamu baik sama dia dan dia sudah anggap kamu sebagai teman, saya maafkan kamu. Saya gak akan pecat kamu."

Kepala Laras terangkat. Ia tersenyum cerah meski air mata belum diseka.

"Tapi kamu harus ingat satu hal, Laras."

Laras langsung menyiagakan perhatian.

"Kalau sudah terjadi apa-apa, yang rugi kamu," ujar Irma datar dan dingin. "Anak saya laki-laki. Kamu," ia menunjuk, "Kamu perempuan, kamu yang akan menanggung semuanya. Kamu harus pikirkan masa depan kamu, kamu pikirkan keluarga kamu. Jangan terlalu mudah."

Laras paham dan yang dikatakan Irma semuanya benar.

"Saya bilang ini karena saya juga perempuan. Saya harap kamu bisa jaga diri kamu. Saya hargai perasaan kamu terhadap anak saya selama kamu tidak bertingkah dan tidak berlebihan sama dia."

"Iya, Nyonya. Saya janji akan jaga diri dan gak akan berlebihan sama Tuan," ujar Laras begitu sopan.

"Kamu boleh bilang saya kalau Michael macam-macam lagi sama kamu. Mengerti, Laras?"

"Mengerti, Nyonya." Laras mengangguk sambil menunduk.

"Ya sudah. Kamu keluar dari sini. Michael lagi mandi, habis ini dia mau ganti baju di sini. Dia mau keluar sama saya. Kamu di sini, beres-beres, belanja, terus masak," perintah Irma dengan lugas dan lancar.

Laras lega mendengarnya, ia mengangguk patuh. "Baik, Nyonya," ujarnya, lalu lekas turun dari ranjang Michael. "Makasih, Nyonya. Sekali lagi, saya minta maaf," ucapnya sambil membungkuk.

Irma mengangguk tanpa menatap, isyarat Laras bisa keluar.

Baru gadis itu hendak keluar pintu, Michael dengan handuk kimono tebalnya keluar dari kamar mandi kamar. Mereka berpapasan dan berhenti bergerak, dengan jarak semeter yang berperan jadi pemisah.

Tatapan Michael langsung terpatri pada wajah Laras yang basah, juga pada matanya yang memerah. "Laras," panggilnya pelan.

Pandangan mereka bertemu dalam. Michael memperhatikan, mengapa Laras terlihat sedih? Laras pun menelaah, adakah raut terluka di wajah sang pujaan hati?

UNSTABLE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang