26. Fragile Heart

3K 356 310
                                        

Mereka sudah di dalam mobil, mengarungi jalan tol menuju rumah Laras yang berada di daerah Setiabudi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka sudah di dalam mobil, mengarungi jalan tol menuju rumah Laras yang berada di daerah Setiabudi. Laras berulang kali apakah ini tidak masalah, tetapi dengan santai Michael bilang tak perlu khawatir.

"Gue laper lagi." Si pengemudi mengeluh tiba-tiba.

"Mampir ke tempat makan aja dulu, Tuan," kata yang menumpang.

Lalu Michael hanya diam, dengan hidung sedikit terangkat menahan bingung dan lapar. "Gak usah, deh."

Hening pun kembali datang. Bila dihitung, ada 20 menit perjalanan dan hanya diliputi oleh hening yang menyebalkan.

"Eh, Laras."

"Ya, Tuan?"

"Lo ngomong, kek. Gue ngantuk, nih. Kecelakaan ntar baru tau rasa lo," ucap Michael asal.

"Gak boleh ngomong gitu, Tuan," Laras menegur lembut. "Ya udah. Tuan mau denger cerita?"

Michael berpikir sebentar. "Ganti dulu. Sekarang gue lagi mau nanya."

"Hm? Nanya?" Laras menatap wajah samping Tuannya.

"Iya. Gue mau nanya, terus lo jawab. Harus jujur, kalau enggak, gue turunin lo di pinggir jalan."

Gadis itu tersenyum sebentar, sedikit melirik, lalu kembali menatap ke depan. "Iya," katanya.

"Lo punya pacar?" Pertanyaan pertama.

"Gak punya, Tuan."

"Kenapa? Si Kaisar aja punya. Anaknya kocak banget.. adek kelas gue waktu SMP." Michael menginfokan tanpa ditanya.

Laras hanya mengangguk-angguk dengan senyuman. "Oh gitu, ya?"

"Tapi lo pernah pacaran?" Pertanyaan kedua.

"Pernah waktu SMA. Tapi itu juga gak lama, cuma 3 bulan." Laras teringat wajah pacar pertamanya yang sudah lama ia lupakan.

Kini Michael yang mengangguk-angguk, sambil mengerem mobilnya sebab memasuki area lampu merah.

"Btw, Abby ngajak gue balikan. Menurut lo gimana?" Pertanyaan ketiga, kali ini sambil menoleh sebab lampu sedang merah.

Laras seketika tercekat, seolah Michael tengah menyindirnya. Namun sama sekali tidak, Michael kan tidak tahu apa-apa.

Ia pun tersenyum dengan tegar, menatap Tuannya sebentar lalu mengatur kalimat, "Kalau masalah itu... lebih baik Tuan lihat ke diri sendiri aja, tanya sama diri Tuan sendiri. Jangan tanya saya." Ia menjawab tanpa menatap.

Gurat di wajah Michael mulai berubah. Seperti menyendu tiba-tiba. Namun tipis, tidak tebal. Lelaki itu pun diam, kembali berkonsentrasi menatap lampu yang menunjukkan 5 detik lagi akan berubah hijau.

Kemudian, hening.

Hening dan hening.

Laras sadar, mengapa Michael tidak lagi bertanya? Ia sudah menunggu pertanyaan selanjutnya sedari tadi, namun yang membuat permainan malah diam saja seperti sudah tak mau lagi bermain.

UNSTABLE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang