2 hari kemudian...
Sepintas, Michael terlihat normal, bahkan tidak ada spesial-spesialnya sama sekali selain mukanya tampan dan hartanya banyak. Bahkan, ia cenderung buruk, bukan tipikal protagonis baik hati yang dapat mencuri semua penonton pun pembaca.
Klasik saja. Michael Dante Naderanputra hanya seorang mahasiswa yang tidak kunjung lulus sebab kerap malas, bolos, akibat lelah dan penat akan pekerjaan dan depresi tersembunyi yang tak ia paham. Punya pacar cantik nan seksi yang juga orang kaya, punya musuh juga orang kaya, punya segelintir teman juga orang kaya. Bersekolah pun di Universitas Binareksa, yang hanya orang-orang kaya bisa menempatinya. Terakhir, gemar melakukan hal-hal negatif tak patut dicontoh orang.
Namun sebenarnya, ada sesuatu. Apa pun itu, baik atau buruk, pasti punya sebab untuk tercipta, bukan?
Sebuah titik lemah yang bersembunyi di balik raga yang kuat, sebuah jiwa layu di balik sikap keras dan kasar. Sakit yang tak kasat mata namun begitu nyata terasa.
"Misi, Kak Michael."
Orang yang dipanggil menoleh. Kedua temannya-Kai dan Samuel menatap ke arah sama. Mereka duduk bertiga di kantin kampus luas. Berkumpul membicarakan seputar Lamborghini lantaran punya hobi sama. Sesekali mereka berjumpa, walau di kantin kampus atau di grup Whatsapp pecinta Lamborghini saja.
Satu tatapan, berjuta intimidasi. Gadis semester 1 itu sontak gemetar dan ingin berpaling. Namun, tidak mungkin. Datangnya ia karena sebuah suruhan dan janji.
"Ini... aku mau kasih ini, Kak." Gadis itu menahan gugup, menyodorkan sebuah surat berwarna merah muda kepada Michael.
Michael menatap surat itu sesaat, sebelum menatap yang membawa surat. "Surat cinta?" tanyanya langsung saja.
"Eumm, i-iya, Kak." Gadis itu tersenyum takut-takut.
"Dari lo?" Michael menambah pertanyaan.
Gadis itu menggeleng. "Bukan, Kak. Dari temen aku. Dia suruh aku yang kasih soalnya dia gak berani, hehe," jawabnya.
Michael tak mengubah ekspresi, lalu kembali menatap surat itu sejenak tanpa menerimanya. Ia menghela napas.
"Nama yang tulis surat itu siapa?"
"Tisya, Kak."
"Nama lo?"
"Rahma."
Michael menyeringai tipis, puas dengan Rahma yang bisa menjawab dengan cepat.
"Bagus. Lo gak bohong."
Samuel dan Kai saling tersenyum menyaksikan cara teman mereka mencari tahu gadis muda itu berbohong atau tidak.
"Kenapa Tisya nyuruh lo? Kenapa bukan dia sendiri yang kasih?" Michael kembali menginterogasi.
"Katanya... malu, Kak," jawab Rahma.
"Malu?"
"Iya."
Michael menyeringai remeh. Menyugar rambutnya ke belakang dengan wajah menganggap Tisya enteng.
"Dek." Michael memanggil dengan suara rendah, menatapnya tepat di mata.
"Iya, Kak?" Rahma mengerjap-ngerjap sigap.
"Bilangin sama Tisya. Kalau baru kasih surat cinta aja gak berani, gimana mau sayang atau cinta sama gue? Pasti dia juga gak bakal berani. Gue orangnya nyusahin. Dia gak bakal sanggup." Michael bersuara rendah. Terkesan santai, namun kalimat-kalimatnya meresap penuh ketegangan ke dalam sanubari Rahma.
Gadis itu melebarkan mata, mengulum bibir sebentar sebelum tersenyum canggung lagi. "Oh, i-iya, Kak. Nanti aku sampein."
"Udah hafal kata-katanya? Atau mau diulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSTABLE ✔️
Ficção GeralTentang Michael yang tampan, sombong, pemarah, kasar, dan kaya. Lalu tentang Laras yang cantik, baik, sabar, lembut, dan miskin. Laras hanya pembantu, sementara Michael adalah majikannya. Sebenarnya, Michael yang kasar hanya seonggok manusia rapuh b...
