Dua hari berlalu sudah. Hari ini, Nyonya Irma Soraya akhirnya pulang setelah sebulan setengah berada di Jepang untuk urusan pekerjaan. Baru saja sampai di pukul 11 malam, dengan semua ART berdiri berjejer rapi di depan pintu masuk untuk menyambutnya.
Sang Nyonya besar menebar senyum anggun berwibawa ketika melangkah masuk. Semua barang bawaan dibawakan oleh para pesuruh. Manakala sampai di ujung barisan para ART, wanita itu menghampiri seorang ART yang baru.
"Ini... Larasati?" tanyanya.
"Iya, Nyonya." Laras mengangguk dan tersenyum, pastinya tanpa menatap.
"Kita cuma ngobrol di telfon aja ya waktu itu, gak tau kalau ternyata kamu cantik begini." Irma memuji.
Laras tersipu, tersenyum malu-malu. "Terima kasih, Nyonya," balasnya lembut.
Irma sedikit mengedarkan pandangan. "Michael mana?" tanyanya pada siapa saja yang mengetahui.
"Sudah tidur, Nyonya." Ini Didi yang menjawab, salah satu ART laki-laki.
Kebetulan, Didi sempat melintas di depan kamar Michael yang pintunya terbuka seperempat. Si penghuni kamar tampak sudah tertidur dengan gaya memegang remot televisinya. Melihat itu, Didi menutupkan pintu kamar si Tuan Muda.
Irma hanya mengangguk, lantas mulai melangkah menuju tangga lantai 2. Melihat itu, Kaisar sigap berlari mengikuti sang majikan.
"Maaf, Nyonya." Kaisar menginterupsi.
Irma berhenti, lalu menoleh. "Hm?"
"Tuan baru tidur, mungkin baru satu jam." Kaisar menginfokan dengan sopan.
Irma memiringkan kepalanya. "Oke... jadi?"
"Kalau dibangunkan, takutnya Tuan susah buat tidur lagi, Nyonya," jelas Kaisar, hanya menatapi high heels bermerek sang Nyonya.
"Ah, gak. Dia bisa tidur lagi, Sar. Lagi pula, saya bawa kabar baik buat dia," ujar Irma ringan, tersenyum cerah pada Kaisar.
Kaisar tak ada pilihan lain selain mengangguk. Sudah senang mengetahui Michael tumben sekali tidur jam segini, malah harus dibangunkan begitu. Setelah gangguan kecemasannya kambuh 2 hari lalu, Michael makin sulit tidur.
Laras menatap punggung Irma yang semakin jauh menaiki anak tangga. Ia berpikir tak jauh beda dengan Kaisar.
"Kenapa sih harus dibangunin? Udah tau anaknya suka insom. Gak bisa nunggu besok aja apa baru ngomong? Sayang gak sih sama anaknya?" Batin Laras mulai menilai.
Setelah berjalan anggun meskipun tiada yang melihat, Irma sampai di depan pintu kamar Michael dan langsung membukanya. Mendapati anak satu-satunya tidur begitu lelap sampai mulutnya sedikit terbuka.
Ia tersenyum sambil terus menghampiri. Duduk di pinggir ranjang berseperai putih, lantas menyapu pipi sang putra. "Mike... bangun, Nak. Mama udah pulang," ucapnya kemudian.
Michael sangat mudah bangun dan terkejut ketika tidur. Bila orang berjalan di dekatnya dan tak sengaja membunyikan sesuatu meski sebatas suara pelastik, dia akan terjaga, disertai lonjakan kaget juga. Jika kita menyentuh tubuhnya tiba-tiba, niscaya ia akan tersentak.
Benar saja, tubuh pemuda itu tersentak saat Irma menyentuh dan mengusap pipi serta kepalanya. Tubuh Michael menegang sesaat, pandangannya kaget dan bingung seketika.
"Shusss, ini Mama. Jangan suka kaget-kaget gitu, ah. Kebiasaan," ucap Irma.
Michael dengan mata merah dan wajah kagetnya pun tersadar. Ia lekas tersenyum tatkala melihat siapa yang duduk di pinggir ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSTABLE ✔️
General FictionTentang Michael yang tampan, sombong, pemarah, kasar, dan kaya. Lalu tentang Laras yang cantik, baik, sabar, lembut, dan miskin. Laras hanya pembantu, sementara Michael adalah majikannya. Sebenarnya, Michael yang kasar hanya seonggok manusia rapuh b...
