Minta votenya dulu ya, beb. Ini bukan bab revisian, tapi benar2 bab yg baru dibuat. Makasihhh😘💜
.
.
.
.
.
"Michael Dante Naderanputra, S.T.."
Suara petugas pembaca nama-nama wisudawan terdengar dari pengeras suara, menggema ke seluruh auditorium milik Universitas Binareksa. Yang memiliki nama semakin mendekat, bersama teman-teman seangkatan lain yang berjalan berbaris di belakangnya. Menuju meja para dosen dan rektor untuk tali toganya dipindah dari kiri ke kanan.
Laras di sebelah Irma, menyaksikan prosesi itu dari tribun auditorium yang dihadiri ribuan orang—wisudawan dan kerabat mereka. Laras menoleh ke samping, mendapati Irma yang mengenakan kebaya biru tua itu berlinang air mata. Terharu akhirnya Michael yang pernah terlambat bisa sarjana juga.
Pengembangan metode pengolahan mineral berdasarkan sifat fisik dan kimia bahan tambang. Itu adalah judul skripsi Michael yang Laras hafal di luar kepala. Buah pikiran, riset, dan survei ke sana-kemari yang berhasil mengantarkan sang kekasih ke tahap ini, tahap yang sudah lama ditunggu semua orang.
Memandangi kekasihnya dari layar besar yang ditampilkan, Laras teringat akan namanya yang terpampang dengan tulisan tebal-miring sebagai salah satu orang yang Michael ucapkan terima kasih dalam skripsi.
Waktu pun bergulir seiring berjalannya acara. Setelah beberapa sekmen, para wisudawan dan wisudawati diperkenankan untuk keluar auditorium. Para kerabat tentunya mengikuti, hendak keluar untuk bertemu dan biasanya mengambil foto-foto. Bukan lain, untuk mengabadikan momen sekali seumur hidup.
"Selamat, Sayang." Ucapan pertama Irma selaku ibunda begitu mereka bertemu di depan gerbang auditorium yang disesaki banyak orang. Berpelukan sejenak di tengah-tengah kerumun bahagia, yang sama-sama merayakan hari kelulusan kuliah.
"Makasih ya, Ma. Akhirnya lulus juga aku." Michael sedikit bergurau dengan senyuman bahagia.
"Iya, Sayang." Lalu Irma mengecup pipi putranya. Tersenyum sayang keibuan.
Laras, Kaisar, dan Susi ada. Bahkan, ayah Michael—Krisna hadir juga. Tak ada keributan yang Irma dan Krisna buat. Semuanya bahagia seolah tak pernah meradang dalam luka, bersukacita seakan tak pernah sekarat mengemban cobaan dari Sang Pencipta.
Michael tersenyum seraya melepas pelukan dengan Mamanya, lalu menatap Papanya di jarak satu meter. "Pa," panggilnya, mendekat lebih dulu, lantas segera mendapat pelukan hangat dari Krisna.
"Selamat ya, Mike. Papa bangga banget. Sukses terus, Nak. Sukses terus." Krisna berkata sambil berpelukan, mengusap kepala, menepuk-nepuk punggung dan lengan anaknya.
Setelah itu, tatapan Michael tertuju pada Laras. Karena hanya tersenyum malu-malu, enggan mendekat akibat sungkan, Michael lah yang menghampiri duluan. Gadis itu membawakan buket mawar putih harum berukuran sedang. Mengenakan terusan biru tua juga sebagai dress code yang Michael usungkan sebelumnya.
Tanpa kata apa pun, tanpa malu pada siapa pun, Michael menahan kepala belakang Laras seraya mengecup dahi gadis itu. Tersenyum, lantas memeluk perempuan muda tersebut. Di saat begini, Laras tak punya celah bersembunyi terus. Backstreet yang selalu ia tuntut, runtuh. Ia izinkan Michael yang sedang berbahagia untuk mencium-memeluk. Ia pun membalas pelukan dengan mata tertutup lantaran haru.
"Selamat, ya," cicit Laras selagi berpelukan.
"Makasih, Sayang. Makasih...," balas Michael sungguh berperasaan.
Laras mengangguk-angguk, merasakan panas pada pelupuk-pelupuk mata. Mengusap punggung lebih besar itu dengan tangan yang tak memegang bunga.
"Makasih buat semuanya. Makasih udah bikin aku mau terus hidup," lanjut Michael menahan segala gelora haru dan bahagianya sendiri. Tak tahan untuk tak mengapresiasi Laras walau mereka dikerumuni orang-orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSTABLE ✔️
General FictionTentang Michael yang tampan, sombong, pemarah, kasar, dan kaya. Lalu tentang Laras yang cantik, baik, sabar, lembut, dan miskin. Laras hanya pembantu, sementara Michael adalah majikannya. Sebenarnya, Michael yang kasar hanya seonggok manusia rapuh b...
