39. Romantic Michael

4.1K 351 262
                                        

Rapat yang dimulai pukul 5 sore sudah berakhir pukul 7 malam ini. Semua anggota rapat yang terdiri dari dewan-dewan komisaris, investor dalam negeri, dan para manajer pun membubarkan diri. Keluar dari aula mini yang bertempat di kantor PT. Saint Resource.

Pemuda yang dirancang akan menjadi direktur selanjutnya itu berjalan bersama Kaisar, asisten pribadinya. Meninggalkan gedung kantor setelah cukup lelah mulut dan otak. Mereka bergegas pulang ke apartemen untuk Michael beristirahat. Kaisar mengambil mobil di parkiran, sedangkan Michael menunggu di lobi hingga keduanya bersama lagi di dalam kendaraan.

"Ada cewek dari Sentana Corp tadi, Sar. Namanya Frela, anaknya direktur kata dia." Michael memulai pembicaraan setelah Aventador birunya hening saja.

"Kenapa, Tuan?" Kaisar menanggapi sambil menatap jalanan di depan.

"Godain gue. Ngajak makan malem, segala macem. Katanya mau omongin tambang di Kal-Teng. Gue bilang, call manajer gue aja soalnya gue sibuk, mesti lanjut ketik skripsi dan riset. Gue juga udah punya calon istri, jadi gak bisa berduaan sama cewek lain." Michael menjelaskan dengan lancar.

Kaisar menoleh sekilas. "Serius Tuan ngomong gitu?" tanyanya menahan tawa.

"Ya gue ngomongnya lebih sopan, tapi intinya gitu," jawab sang Tuan tanpa beban.

Kaisar tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Memuji dalam hati juga sebab Michael sedemikian memikirkan Laras meski sang gadis tidak berada di sisinya.

"Btw, kita jangan pulang dulu, deh." Michael kembali bersuara.

"Mau ke mana Tuan?" tanya Kaisar sigap.

"Ke rumah orangtuanya Laras."

Kaisar agak kaget. Tuannya selalu gemar bertindak impulsif dan spontan. Tiada aba-aba, langsung gas.

"Tapi saya gak tau rumahnya, Tuan. Saya telfon Laras dulu."

"Gue tau rumahnya. Di daerah Setiabudi pokoknya. Gue masih hafal jalannya, kok."

"Oh. Baik, Tuan."

Kaisar cukup tak menyangka Michael sudah mengetahui di mana rumah Laras. Entah kapan tahunya. Namun, ya sudahlah. Namanya juga orang berpacaran dan pernah melakukan PDKT tak kasatmata.

Hampir satu jam kemudian, mereka berdua pun sampai di kediaman sederhana Laras. Ibu Laras—Rumi, masih tampak berjualan, duduk di bangku teras rumah.

Melihat siapa yang datang, tak ayal Rumi terperanjat. Rumahnya kedatangan Michael untuk kedua kali, yang dua-duanya selalu mendadak tanpa kabar apa pun sebelumnya.

"Malam, Bu Rumi." Michael menjabat tangan Rumi di sebelah etalase makanan, di teras depan.

"Malam, Tuan." Rumi menyahut sambil tersenyum sopan.

Kaisar ikut menjabat tangan, tersenyum ramah. "Malam, Bu. Saya Kaisar, asisten pribadinya Tuan Michael." Ia memperkenalkan diri.

"Oh. Iya, Mas." Rumi mengangguk ramah pada Kaisar.

"Enggak, Bu. Kaisar sahabat sejak embrio saya, bukan asisten." Michael menimpali.

Rumi terkekeh sambil menutup mulut, sedangkan Kaisar tersenyum-senyum simpul. Senang diakui demikan oleh majikannya itu.

"Masuk, Tuan, Mas Kaisar." Rumi mempersilakan segera walau belum tahu tujuan tamu-tamunya.

UNSTABLE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang