.........
"Kalau gue minta lo nikah sama gue, apa lo mau?" tanyanya begitu halus.
Seketika, petir besar menyambar-nyambar lubuk hati Laras. Ia terdiam, terkejut, tapi tetap mengusahakan berpikir normal. Apa Michael kerasukan setan? Atau mimpi berjalan? Tentu saja tidak, tetapi ini terlalu gila.
Michael menunggu, memperhatikan wajah Laras penuh makna. Tak ingin berpaling barang sejengkal saja.
"Tuan, jangan ngomong gitu," kata Laras setelah beberapa saat terdiam.
"Kenapa?"
"Saya ini cuma Laras. Larasati Mega Dahayu," ujarnya lirih.
Dahi Michael berkerut.
"Lebih baik Tuan menarik kata-kata Tuan barusan."
"Kenapa harus ditarik?"
Laras menatap sendu, mengapa Michael perlu menanyakan? Belum jelaskah?
"Lo bilang, lo sayang sama gue. Tapi kenapa gak mau nikah sama gue? Apa maksudnya, selama ini... lo cuma sayang gue sebagai teman?" tanya Michael lagi.
Laras menggeleng, menatap mata sang Tuan begitu dalam dan sedih. "Saya cuma pembantu, Tuan. Saya orang miskin, saya cuma lulus SMA. Saya gak sebanding sama Tuan. Sama sekali. Apa kata orang-orang kalau Tuan nikah sama saya?" Gadis itu berkaca-kaca.
"Emangnya kenapa kalau cuma pembantu, miskin, dan cuma lulus SMA? Apa akan ada pengaruhnya di kehidupan rumah tangga?"
"Tuan, tapi—"
"Kalau lo mau, gue akan kasih apa aja yang lo minta. Gue juga bisa kok buat lo sampai lulus kuliah, sampai S3 juga bisa. Nanti lo kuliah di kampus gue. Mau, kan?" Michael tersenyum dengan mata yang berair.
Tak pandai berkata manis, tetapi apa yang Michael sampaikan murni dari hati. Terkesan buru-buru dan impulsif, tapi sebenarnya sudah lama Michael merasakan gejolak ini. Hanya saja baru sadar kini.
Laras makin ingin menangis. Menyaksikan wajah dan tutur Michael yang lembut malah menyiksa batin. Dinding mereka terlalu tinggi. Mengapa Michael tak mengerti?
"Bukan begitu, Tuan. Tapi kita gak bisa... gak mungkin."
"Laras..."
Mereka terus bertatapan dengan wajah berhias nelangsa.
"Lo bilang, manusia gak ada yang sempurna. Lo bilang lo sayang gue karena kekurangan gue, terus kenapa gue gak boleh sayang sama lo karena kekurangan lo?"
Laras terkesiap. Apa-apaan Michael membalikkan pernyataannya. Air mata gadis itu jadi menetes tanpa perintah.
Tangan kiri Michael bergerak ke depan, menangkup rahang kanan Laras. Wajah mendung itu terangkat. Michael mendekatkan posisi, lalu memeluk gadis itu dengan serta-merta. Hangat pun menyergap, meredam pilu menjadi harapan. Cinta-cinta berhambur menyelimuti sukma. Namun, bagaimana dengan sang takdir yang tampak gahar memecah harap?
"Pikirin permintaan aku... aku tunggu keputusan kamu." Iya. Ini Michael, yang sudah membuang gue-lo nya entah kemana.
Laras mengeratkan pelukan, membenamkan wajahnya. Masih tak habis pikir, tetapi semua ini melemahkan akal sehatnya.
"Iya, nanti Laras pikirin dulu..." ujar sang puan.
"Maafin aku suka marahin dan kasarin kamu. Aku gak akan kayak gitu lagi, aku janji," bisik Michael penuh sesal.
"Gak apa-apa, Tuan. Laras kan ART, wajar kalau dimarahin sama Tuan..." balas Laras lirih.
Michael menggeleng. "Gak, aku tetep salah... aku temperamen. Maafin aku, ya. Aku gak akan kasar lagi sama kamu," ujarnya sungguh tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSTABLE ✔️
General FictionTentang Michael yang tampan, sombong, pemarah, kasar, dan kaya. Lalu tentang Laras yang cantik, baik, sabar, lembut, dan miskin. Laras hanya pembantu, sementara Michael adalah majikannya. Sebenarnya, Michael yang kasar hanya seonggok manusia rapuh b...
