Pukul 4 sore. Lamborghini milik Michael baru saja berhenti tepat di parkiran rumahnya yang berbentuk seperti basemen. Menengok Laras yang duduk di samping, melihat pula ruam samar yang masih ada di pipi sang gadis.
Melihat dengan ekor mata, Laras menerjemahkan tengokan tersebut sebagai isyarat untuk menyuruhnya keluar. Ia pun bergegas segera. "Terima kasih, Tuan. Saya keluar dulu. Permisi," katanya sambil memegang sabuk pengaman, hendak membuka.
"Pipi sama bibir lo nanti kompres pakai air dingin, biar perihnya bisa hilang. Atau kalau udah gak perih, seenggaknya bisa cepet ngilangin bekasnya."
Gerakan Laras terjeda. Ia mengerjap-ngerjap agak heran, menatap sandalnya sendiri di bawah, lalu mengangguk saja. "Iya, Tuan."
"Hm."
"Permisi," pamit Laras lagi.
Michael hanya diam. Gadis itu tampak membuka sabuk pengaman, membuka pintu mobil, lantas keluar duluan. Menyisakan Michael yang masih di dalam mobil dengan pikiran-pikiran.
Di kantin kampus tadi, Michael meminta Laras menceritakan apa yang terjadi. Ternyata, Laras terlibat perseteruan dengan Jayson. Katanya, Michael juga difitnah dan diejek. Hasilnya, pemuda itu tidak masalah dikatai-katai oleh Jayson karena sudah terbiasa. Yang ia tidak terima adalah mengetahui Laras mendapatkan tamparan karena membela harga dirinya sebagai wanita dan manusia.
Michael itu memang agak tidak jelas. Sedikit-sedikit dia jahat, lalu tiba-tiba dia baik. Pemuda itu tidak stabil.
🌠⚡🌠⚡🌠
Sehabis memulangkan Laras di pukul 4, Michael pergi ke kantor untuk mengurus beberapa urusan di pukul 5. Tugas menjadi direktur sudah di depan mata, 'latihan nyata' jadi makin banyak. Ibunya menyiapkan Michael untuk memimpin perusahaan setelah lulus kuliah. Maka, tugas dan kewajiban makin membebani walau Michael belum lulus dan punya asisten serta sekertaris di sana.
Kini, pukul 10 malam. Semua urusan selesai dan Michael tengah mengabulkan permintaan Abigail yang ingin ke kafe mahal baru dibuka. Keduanya sudah di tempat, duduk berhadapan dengan pakaian sama-sama hitam dan gaya yang meyakinkanㅡyakin dapat membayar semuanya.
Tidak ada yang mengagetkan. Misalnya segelas Americano yang berharga 50.000. Biasa saja. Sangat murah menurut Michael dan Abigail. Tidak ada harganya, seperti 500 perak.
"Babe." Abigail memanggil, lalu menyuapi dirinya sendiri dengan suapan terakhir dari spicy aglio olio chicken pasta.
"Hm." Si pacar menyahut, lalu mengembuskan asap rokok elektrik rasa cokelatnya.
"Mama kamu udah pulang dari Jepang?"
"Belum."
"Udah hampir sebulan, ya?" tanya Gadis itu lagi.
Michael mengangguk.
Abigail menyeringai getir. "Sama. Papaku juga gak pulang-pulang. Mana Mama kerjaannya keluar rumah terus. Dan... kayaknya Mama punya selingkuhan, deh," tambahnya.
Michael melirik Abigail, lalu tersenyum di ujung bibir. "Bisa jadi, tuh," responsnya santai.
Ayah Abigail tinggal di rumah berbeda sejak 3 tahun lalu. Tepatnya, di rumah dinas yang berlokasi di Koja, Jakarta Utara. Sementara Abigail, tinggal dengan mama, kakak, dan para pembantunya di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Tidak ikut tinggal di rumah dinas juga sebab lokasinya berjauhan dengan tempat kerja sang mama. Begitu sih alasan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSTABLE ✔️
Genel KurguTentang Michael yang tampan, sombong, pemarah, kasar, dan kaya. Lalu tentang Laras yang cantik, baik, sabar, lembut, dan miskin. Laras hanya pembantu, sementara Michael adalah majikannya. Sebenarnya, Michael yang kasar hanya seonggok manusia rapuh b...
