EPILOGUE

8.2K 434 228
                                        

Michael Dante Naderanputra.

Pemuda 26 tahun yang kini sudah menjadi seorang pria dewasa. Pemuda yang tampan, pintar, dan kaya raya. Pandai berbisnis sejak usia 19. Pemilik senyuman tipis, wajah jutek, tatapan seram dan ujaran ceplas-ceplos. Pengidap PTSD namun baru diketahui setelah 10 tahun mengidapnya, setelah hampir berhasil mati bunuh diri di sebuah kamar penginapan.

Kini, ia sudah bisa menata hidupnya menjadi lebih terarah. Tidak semulus yang dikira, tidak seindah yang tertuliskan. Jangan pikir semua itu mudah. Ia beribu kali gagal.

Kakinya berkali-kali lemas, tubuhnya berkali-kali gemetar, lidahnya berkali-kali gagap, napasnya berkali-kali sesak, tangisnya berkali-kali tumpah hingga dapat membuat sebuah danau jika dikumpulkan. Pikirannya berkali-kali mengatakan kalau bunuh diri adalah jalan terbaik untuk mengakhiri segala kesedihannya.

Michael begitu indah, namun ia sempat membenci dirinya. Sangat-sangat benci hingga di titik tak dapat menemukan satu kelebihan pun dalam dirinya. Segala keangkuhan dan kemarahan adalah wujud perlawanan atas perasaan yang selalu sedih dan ketakutan. Tak tahu yang dialami merupakan hal serius yang harus diobati. Yang ia tahu, ia selalu menjengkelkan, menyusahkan, dan menyedihkan.

Hampir 10 tahun mendekam dalam trauma nestapa, membawanya ke gerbang putus asa. Ia sangat ingin mati, mengakhiri hidupnya yang sudah kelelahan. Terlebih, selalu mendapat penghakiman dari Mamanya selaku orang terdekat.

Ya, Michael bukan panutan, bukan contoh teladan. Michael hanya Michael. Dengan segala kekurangan dan kelemahannya.

Kini, sudah bisa merasa cerah pada hatinya, setelah selalu diterpa mendung tak berkesudahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini, sudah bisa merasa cerah pada hatinya, setelah selalu diterpa mendung tak berkesudahan. Sudah mudah tertawa dengan guyonan-guyonan picisan, setelah sulit sekali untuk tertawa karena jiwa penuh amarah, kesedihan, dan ketakutan.

Michael sudah lebih bisa mengontrol emosi walau masih sensitif dan suka overthinking. Namun, sudah tak mudah marah dan tak selalu merasa bersalah akan banyak hal. Pikiran sudah jauh lebih terbuka. Tak gegabah dalam bertindak dan berprasangka. Sudah punya ilmu mengabaikan rasa negatif dengan baik sehingga tak perlu lepas kendali parah.

Mimpi-mimpi buruk, aneh, dan sedih masih sesekali datang. Bayangan 'hari itu' juga, membuatnya sulit terlelap. Seakan bekas luka yang tetap ada meski sudah sembuh tak lagi berdarah. Namun, ada Laras yang selalu memeluknya, membuat tenang di tengah malam atau pagi buta.

"Sayang, aku gak bisa tidur." Sebuah kalimat yang sering Laras dengar di tengah malamnya. Rasa kantuk tak pernah memberatkannya. Memeluk kekasihnya sampai tertidur lebih penting dari apa saja.

Iya, masih belum. Masih proses. Sulit untuk sembuh sempurna. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Percayalah, tidak semudah itu untuk kembali ke sedia kala. Percayalah, ia sangat ingin sembuh namun untuk mewujudkannya tak semudah menginginkannya.

UNSTABLE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang