Chapter 17 : Drift

404 57 10
                                    

"Ayo bergegas, pertandingan sebentar lagi dimulai"

Neji segera menarik tangan Tenten dan berjalan ketempat dimana mobil mereka terparkir, sedangkan para teman-temannya tanpa banyak bicara lagi segera mengekori Neji dari belakang

Disana, ditempat mobil mereka terparkir, ada Nagato dan teman-temannya yang sengaja menunggu disana karena takut jika Akatsuki menyabotase mobil mereka, terutama mobil milik Neji

"Apa pertandingan akan segera dimulai?" tanya Nagato

Neji mengangguk "Mobilnya sudah di cek ulang?"

"Sudah, semuanya mulus dan aman"

Neji kembali mengangguk, dia kemudian menghampiri teman-temannya "Aku akan ke titik start, sekali lagi aku mohon percayakan semuanya padaku. Tolong jaga wanitaku, jangan sampai dia kenapa-napa"

"Baik, Neji"

"Sai, kau adalah orang satu-satunya yang sudah akrab dengannya. Jika dia menanyakan apapun padamu, beritahu dia semuanya"

Sai mengangguk "Aku mengerti, Neji. Tolong jaga dirimu"

Neji mengangguk pelan, dia melangkahkan kakinya menuju mobilnya. Tapi saat melewati Tenten, tiba-tiba saja pergelangan tangannya dipegang

"Kau, mau kemana?"

"Aku akan bersiap"

Mata Tenten membola saat mengerti arti dari ucapan Neji barusan "J-jangan bilang kau yang akan bertanding?"

Neji hanya mengangguk sebagai jawaban

"Siapa lawanmu? Kenapa harus kau? Kenapa bukan yang lain? Banyak teman-temanmu disini, kenapa harus kau yang turun tangan? Bukannya kau itu ketua mereka? Kenapa tidak meminta teman-teman mu saja! Bagaimana jika kau kenapa-napa? Bagaimana jika, jika..."

Tenten menggantung ucapannya, nada dan raut kekhawatiran tercetak dengan jelas diwajah ayunya. Dia benar-benar khawatir, Neji itu adalah rumah baginya, Neji itu tuannya

Bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk dengan Neji? Siapa yang nantinya akan dia patuhi? Pulang kemana dia nantinya?

"Neji" panggil Tenten pelan dengan suara yang sedikit bergetar

Neji bahkan dapat melihat mata Tenten sedikit berembun, pertanda bahwa wanita ini sedang mati-matian menahan tangisnya. Neji tidak langsung menjawab, dia lebih memilih membawa tubuh mungil Tenten kedalam pelukannya

Siapa tahu dengan seperti ini wanitanya akan tenang. Dulu, ibunya selalu melakukan ini padanya saat dia sedang ketakutan, dan dia akui ketakutannya perlahan hilang saat mendapatkan pelukan hangat serta penuh kasih sayang yang diberikan oleh sang ibu

Ah, lagi-lagi dia melankolis saat kembali mengingat cinta pertamanya

"Jangan menangis, kau tahu sendiri kalau aku benci tangisan. Semua yang kau tanyakan padaku tadi, bisa kau tanyakan pada Sai. Kau percaya padaku, kan?"

Tenten mengangguk pelan dalam pelukan Neji

"Kalau kau percaya padaku, tenanglah. Aku tidak akan kenapa-napa" Neji mulai melepaskan pelukannya pada Tenten, dia dapat merasakan sedikit perlawanan dari Tenten yang seperti enggan untuk melepaskan pelukannya

Inilah alasan kenapa dia tidak memberitahu Tenten sedari awal, bahkan saat Tenten mengajukan pertanyaan padanya, dia tidak menjawab dengan benar pertanyaan tersebut. Dia sudah tahu jika ini akan terjadi, dia tahu jika Tenten akan mencemaskannya

Bukan terlalu percaya diri, sudah dikatakan sebelumnya bukan? Bahwa akhir-akhir ini dia merasakan sebuah perasaan tulus yang Tenten berikan padanya

A Life Is Different✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang