Chapter 23 : Ten Years Ago

441 56 6
                                    

Hyuuga Group, Osaka, Japan

Tenten tengah berkunjung ke kantor Neji, ini kunjungan untuk yang kedua kalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tenten tengah berkunjung ke kantor Neji, ini kunjungan untuk yang kedua kalinya. Namun, kunjungan kali ini sedikit berbeda. Dia datang ke kantor bersama Neji, bukan kesini untuk memberikan bento.

Entah kenapa sikap Neji padanya jadi lebih clingy dari biasanya. Bukti dari ucapan Tenten barusan adalah sekarang, biasanya Neji pergi ke kantor sendiri, tapi sekarang malah ingin ditemani oleh Tenten.

Mungkinkah ini semua gara-gara dia tahu jika Tenten masih menyimpan barang dari orang di masalalunya?

Saat ini, Neji sedang sibuk dengan pekerjaannya yang memang setiap hari tidak pernah berkurang meskipun dia selalu lembur.

Maklumi saja, itu semua karena dia memegang 2 perusahaan. Perusahaan milik ayahnya yang masih belum dipindahkan kepemilikannya padanya, dan satunya lagi perusahaan bawah tanah miliknya sendiri. Belum lagi kedua perusahaan itu memiliki berbagai proyek-proyek besar.

Walaupun semua proyeknya sudah dia serahkan kepada teman-temannya, tapi tetap saja dia atasannya. Jadi, dia juga ikut campur tangan sedikit-sedikit.

Sedangkan Tenten saat ini tengah sibuk merapihkan barang-barang diruang kerja Neji, jangan mengira ruang kerja Neji berantakan dan tidak terurus. Neji itu benci kotor, ruangan kerjanya tentu sangat bersih dan terurus. Setiap hari, selalu ada beberapa office boy yang membersihkan ruangannya.

Tenten hanya merapihkan barang-barang yang menurutnya tidak diletakkan ditempat yang seharusnya, seperti guci telur emas yang malah diletakkan dimeja kerja Neji. Bagaimana jika tiba-tiba saja tanpa sengaja Neji menyenggolnya dan guci itu jatuh kebawah?

Jadi, dia memilih untuk meletakkan guci itu ketempat yang lebih aman. Lagipula, Neji juga sudah memberikan izin untuk dia sedikit-banyak merubah tata letak barang-barang diruang kerja Neji.

"Harga guci nya pasti mahal, ya?" Tanya Tenten setelah selesai meletakkan guci telur ke tempat yang aman.

Neji mengangguk "Aku sering tidak sengaja menyenggol guci yang diletakkan disini"

Dimeja kerja maksudnya.

"Sering? Apa kau tidak merasa rugi?"

"Tentu saja iya, tapi bukan rugi karena harganya. Kadang, guci yang tidak sengaja aku pecahkan itu adalah guci yang dibuat dengan jumlah terbatas. Bahkan dulu aku sempat memecahkan guci yang hanya ada satu didunia, rasanya kesal jika mengingat itu."

Neji secara tanpa sadar telah melakukan sesi curcol —curhat colongan— pada Tenten.

"Sepertinya uang hanya angka bagimu."

Neji mengangkat bahunya ringan "Aku tidak peduli dengan harganya, lagipula itu tidak akan membuatku jatuh miskin."

Tenten merotasi bola matanya saat sikap sombong Neji kembali kumat "Ya, ya. Tuanku ini memang saaaangat kaya."

A Life Is Different✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang