Chapter 29 : Tanpamu

430 54 19
                                    

Taishi, Osaka, Japan

Tenten memasukkan ubi, kentang, coklat panas, serta vitamin yang akan dia minum nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tenten memasukkan ubi, kentang, coklat panas, serta vitamin yang akan dia minum nanti. Sekarang, rencananya dia akan bersantai ditepi sungai. Dia juga membawa pancingan serta umpannya, siapa tahu sambil bersantai akan mendapatkan ikan juga, kan?

Suasana dipantai ini benar-benar sepi, jangan heran. Dari dulu, dia sudah mempunyai tempat tersendiri untuk menghabiskan waktu berjam-jam lamanya disisi pantai. Tempat yang Tenten pilih memang benar-benar sepi, cukup jauh dari tempat para nelayan.

Dari jarak sejauh ini, dia yakin para nelayan tidak akan ada yang menyadari keberadaannya. Jika sudah seperti ini, rasanya seperti memiliki pantai sendiri.

Ya, inilah kehidupan Tenten dari dulu. Dia selalu pandai membuat suasana yang paling sederhana, menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan.

Selalu pandai memanfaatkan situasi, itulah Tenten. Walau sederhana, tapi itu memang poin pentingnya.

Kehidupannya disini, sangat bertolakbelakang dengan kehidupannya saat dimansion Neji dulu. Disana, apapun yang dia inginkan selalu ada tanpa harus usaha terlebih dahulu. Sedangkan disini, dia harus hidup berhemat.

Uang yang dia peroleh dari hasil menjual gelang berlian itu memang bisa dibilang banyak, tapi tetap saja dia harus berhemat. Rencananya, uang itu untuk persalinannya nanti. Untuk sekarang, dia hanya hidup dengan modal dari menjual sayur serta buah yang dia tanam dikebun.

Tidak ada yang dia sesali dari keputusannya saat ini. Walaupun harus berhemat, itu bukanlah masalah besar baginya. Sedari dulu hidupnya sudah seperti ini.

Jadi, apa yang harus dia khawatirkan?

Ah, mungkin satu-satunya yang dia khawatirkan adalah omongan para tetangga jika nanti perutnya sudah mulai membesar. Pasti dia akan terlihat buruk, pergi dari rumah tanpa kabar, lalu pulang secara tiba-tiba dan tidak lama setelah itu perutnya membesar.

Dan mungkin satu lagi yang jadi masalahnya.

"Aku merindukan Neji."

Inilah masalahnya, dia akhir-akhir ini sering sekali merindukan sosok ayah dari bayi dalam kandungannya.

Tenten menghembuskan nafasnya dengan berat, udara sejuk disini tidak mampu membuat hatinya turut lega.

Kata yang akhir-akhir ini sering keluar dari mulutnya, sekarang kembali dia ucapkan, tanpa dia minta. Sepertinya ini bawaan dari bayinya.

Tenten tidak memungkiri, dia memang merindukan pria yang mempunyai mata seterang bulan itu. Dia rindu setiap waktu yang dilewatkan bersama Neji, apalagi disaat-saat terakhirnya Neji memberikan sebuah kenangan indah bagi Tenten.

Kalian ingat camping itu?

Saat itu, Tenten berkata bahwa dia tidak akan pernah melupakan moment itu. Dan memang benar adanya jika itu adalah saat-saat paling bahagia dari hidupnya.

A Life Is Different✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang