Chapter 24 : Bukti

414 54 26
                                    

Hyuuga Group, Osaka, Japan

Tenten menghembuskan nafas lega, selesai sudah dia menceritakan kejadian yang sebenarnya dengan detail pada Neji

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tenten menghembuskan nafas lega, selesai sudah dia menceritakan kejadian yang sebenarnya dengan detail pada Neji. Sekarang, tugasnya adalah membuat Neji percaya dengan kebenaran yang baru dia ketahui 10 tahun kemudian ini.

Tidak ada reaksi apapun yang Neji berikan selain tatapan kosong, juga pandangan yang lurus kedepan.

"Neji. Kau percaya, kan?"

Neji tetap diam, dia masih sibuk dengan dunianya sendiri. Kesadarannya baru kembali saat Tenten menepuk pundaknya. Walaupun pelan, tapi itu mampu membuatnya tersadar.

"Kau percaya, kan?"

"Tidak."

"Percayalah, Neji. Kebenarannya memang seperti itu."

"Beri aku satu alasan kenapa aku harus mempercayai bualan barusan."

Alis Tenten menukik tajam, apanya yang dia sebut bualan? Jelas-jelas itu adalah kebenarannya!

"Itu bukan bualan. Alasan kenapa kau harus mempercayainya, karena itu adalah kebenarannya."

"Kau punya bukti?"

Hembusan nafas keluar dari celah bibir Tenten, ternyata susah juga meyakinkan Neji untuk percaya dengan apa yang barusan dia ceritakan. Tapi sepertinya memang sulit. Jika meyakinkan Neji adalah suatu hal yang mudah, ayah Neji tidak akan terus-terusan gagal meyakinkan Neji sampai 10 tahun berlalu.

"Sekarang aku balik bertanya, apa kau punya bukti jika ayahmu membunuh ibumu?"

Neji terdiam. Benar juga, dia tidak punya bukti. Dia hanya mendengar jika orangtuanya mengalami kecelakaan, yang menyebabkan ibunya meninggal dunia.

Keadaan ayahnya hanya mendapatkan luka ringan, sedangkan ibunya sampai harus meninggal dunia. Itu semua membuatnya berpikir, kecelakaan tersebut adalah sebuah kesengajaan. Tentunya dilakukan oleh ayahnya. Alasannya cukup simpel, agar ayahnya bisa bersama dengan wanita murahan, yang saat itu tengah digosipkan dekat dengannya.

Ah, wanita ular itu!

"Mei Terumi."

"Hah?"

"Mei Terumi, dia adalah wanita yang saat itu terpergok ibuku sedang berciuman dengan lelaki itu."

"Dia ayahmu, Neji."

"Ya, anggap saja begitu."

"Jangan berkata begitu. Dia memang ayahmu, ayah kandungmu!"

Neji merotasikan bola matanya "Iya Tenten, dia ayahku."

"Jadi nama wanita itu Mei Terumi, ya?"

"Ya, dia ibu Hotaru" Neji menolehkan kepalanya kearah Tenten, wanita disampingnya itu kini tengah memasang wajah terkejutnya "Kau ingat saat aku hendak menembak Hotaru? Saat itu dia bilang jika aku mengingkari janjiku, janji untuk tidak mengapa-apakan dia."

A Life Is Different✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang